Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saratoga (SRTG) Raih Kinerja Solid 2024, Mampu Jaga Momentum di 2025?

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. telah mencatatkan kinerja keuangan moncer pada tahun buku 2024, bagaimana peluang SRTG menjaga kinerja bisnisnya pada 2025.
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) telah mencatatkan kinerja keuangan moncer pada tahun buku 2024 didorong sejumlah faktor. Bagaimana kemudian peluang SRTG menjaga kinerja bisnisnya pada 2025?

Berdasarkan laporan keuangan, emiten milik Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya ini telah mencatat laba bersih sebesar Rp3,29 triliun sepanjang 2024. Capaian laba itu berbalik dari posisi rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya di angka minus Rp10,14 triliun.

SRTG membukukan kinerja pertumbuhan nilai aset bersih atau net asset value (NAV) sebesar 10,5% secara tahunan (year on year/yoy), meningkat dari Rp48,9 triliun pada 2023 menjadi Rp53,9 triliun sepanjang 2024.

Pertumbuhan kinerja itu ditopang oleh portofolio utama perusahaan seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).

SRTG juga telah mencatat perolehan dividen yang solid sebesar Rp3,8 triliun atau naik 36% yoy dibandingkan 2023. Pencapaian ini didorong oleh arus kas yang positif dari perusahaan portofolio seperti ADRO, TBIG, dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX). 

Kemudian, SRTG berhasil memonetisasi perusahaan portofolio dan menghasilkan arus kas sebesar Rp712 miliar, sehingga total tambahan arus kas SRTG sepanjang 2024 mencapai Rp4,5 triliun.

Loan-to-Value (LTV) SRTG juga meningkat menjadi 3,1% pada 2024 dari 0,5% pada tahun sebelumnya.

Direktur Investasi SRTG Devin Wirawan menerangkan kinerja positif sepanjang 2024 mencerminkan keberhasilan strategi investasi SRTG dalam mengoptimalkan peluang di sektor-sektor strategis.

"Pendekatan ini menghasilkan tiga pencapaian utama diantaranya penghasilan dividen yang signifikan, kenaikan valuasi perusahaan portofolio yang berdampak pada pertumbuhan NAV, serta investasi pada portofolio perusahaan baru,” kata Devin lewat keterbukaan informasi pada beberapa waktu lalu.

Adapun, satu investasi SRTG di sektor strategis pada 2024 yakni mengakuisisi mayoritas saham Brawijaya Healthcare (Brawijaya) yang merupakan salah satu jaringan rumah sakit umum terkemuka di Indonesia.

Aksi korporasi ini dilakukan berdasarkan pada fundamental bisnis Brawijaya yang solid serta potensinya untuk terus berkembang dan memperluas jangkauan layanan kesehatan di beberapa wilayah di Indonesia.

Saat ini, Brawijaya telah memiliki dan mengoperasikan lima rumah sakit dan dua klinik yang tersebar di wilayah Jakarta, Depok, Bandung, dan Tangerang.

Sejalan dengan kinerja moncer keuangan dan portofolio investasinya, SRTG mencatatkan kinerja melejit sahamnya pada 2024. Berdasarkan data Bloomberg, harga saham SRTG menguat 28,16% sepanjang 2024 dan ditutup di level Rp2.090 per lembar pada perdagangan terakhir di 2024.

Proyeksi Kinerja SRTG 2025

Berbading terbalik dengan kinerja moncer pada 2024, pada awal tahun ini, kinerja saham SRTG lesu. Harga saham SRTG melorot 26,84% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 sampai akhir pekan ini, Jumat (14/3/2025) ditutup di level Rp1.690 per lembar.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kinerja keuangan SRTG pada 2024 moncer sejalan dengan strategi investasi SRTG yang optimal. Namun, pada awal 2025, kinerja saham masih lesu seiring dengan pasar saham Indonesia yang sedang dalam masa akumulasi.

Namun, menurutnya kinerja moncer investasi SRTG tahun ini bisa bertahan. "Sentimen positif yang akan muncul adalah potensi penerapan pelonggaran moneter The Fed," jelas Nafan, Jumat (14/3/2025).

Dari domestik, pasar menantikan kebijakan pro market dari pemerintah yang bisa meningkatkan foreign capital inflow.

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy dalam risetnya menilai kinerja investasi SRTG pada 2025 masih bisa menanjak seiring dengan masuknya AADI ke dalam portofolio investasi.

Sebagaimana diketahui, pada akhir tahun lalu, ADRO yang merupakan portofolio SRTG memisahkan anak usahanya atau spin off AADI. Selepas spin off, AADI mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) dan penawaran umum perdana saham (PUPS). Saat ini ADRO tercatat menyisakan 1,19 miliar saham AADI. Jumlah ini setara dengan 15,37% hak suara.

Adapun, berdasarkan laporan keuangan, SRTG menggenggam kepemilikan langsung saham ADRO sebanyak 3,67%. Lalu, SRTG menggenggam kepemilikan tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Capital sebesar 25% dan PT Adaro Strategic Lestari 29,79%.

Nilai kepemilikan saham SRTG di ADRO secara tidak langsung itu sebagian besar berasal dari nilai investasi di PT Adaro Strategic Investments. Sementara, Adaro Strategic Investments merupakan pemegang saham pengendali ADRO sebesar 45,66%.

Kemudian, Adaro Strategic Investments melakukan pembelian terhadap 3,2 miliar saham AADI dalam PUPS. Saham tersebut setara dengan 41,10% hak suara. 

Menurut Paulus dalam risetnya, AADI berpotensi menggantikan peran arus kas utama ADRO dalam portofolio investasinya. Penambahan utama yang lebih baru pada portofolionya ini siap untuk meningkatkan total NAV Saratoga.

"Dalam pandangan kami, fokus investasi Saratoga pada hilirisasi logam, ekosistem EV [kendaraan listrik/electric vehicle], perawatan kesehatan, digitalisasi, dan transisi menuju energi hijau akan memposisikan perusahaan dengan baik untuk mendapatkan keuntungan dari transformasi sektor utama ini," tulis Paulus dalam risetnya.

Sucor Sekuritas pun merekomendasikan buy untuk SRTG dengan target harga saham di level Rp2.500 per lembar.

Namun, Paulus memproyeksikan SRTG akan membukukan pendapatan dividen yang lebih rendah sebesar Rp2,2 triliun pada 2025, didorong beberapa investee arus kasnya seperti AADI dan MPMX. Sementara, terdapat perkiraan penurunan pendapatan dividen dari ADRO dengan mempertimbangkan kebutuhan modalnya yang besar untuk membiayai proyek-proyek hijau di masa mendatang.

Terdapat pula tantangan bagi SRTG di antaranya siklus penurunan harga komoditas, terutama nikel dan batu bara sebagai komoditas utama SRTG dalam portofolionya. Kemudian, terdapat kemungkinan kinerja keuangan investee-nya yang lebih lemah dari yang diharapkan akibat ketidakpastian ekonomi makro.

Analis Samuel Sekuritas Steven Prasetya dan Prasetya Gunadi dalam risetnya menilai prospek Saratoga Investama pada 2025 masih baik. Sebab, terdapat potensi peningkatan nilai aset bersih (net asset value/NAV) SRTG lewat aksi ADRO yang menjalankan spin off hingga PUPS AADI.

Steven dan Prasetya dalam risetnya menilai aksi tersebut mampu memberikan peluang pertumbuhan NAV bagi SRTG. "Potensi peningkatan NAV dari AADI, dividen yang kuat, dan posisi utang bersih yang berkurang," tulisnya dalam riset.

AADI pun dinilai mampu menghadirkan potensi laba yang signifikan dan pada saat yang sama memberikan peluang yang menarik bagi SRTG untuk mencapai pertumbuhan NAV yang substansial. 

"Ke depannya, kami memperkirakan NAV akan naik sebesar 14% yoy [year on year] dibantu oleh keuntungan saham AADI dan ADRO," tulis dalam riset.

Samuel Sekuritas pun merekomendasikan buy untuk saham SRTG dengan target harga di level Rp3.000 per lembar. 

Akan tetapi, Samuel Sekuritas menilai terdapat tantangan dalam prospek SRTG, seperti penurunan NAV yang lebih rendah oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, pendapatan dividen yang berkurang dari entitas yang diinvestasikan, serta investasi yang kurang optimal.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak lima sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk SRTG. Kemudian satu sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham SRTG sendiri berada di level Rp2.750 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper