Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Saham Bank Pelat Merah BMRI, BBRI, & BBNI di Tengah Rencana Buyback

BMRI, BBRI, dan BBNI akan melakukan buyback saham. Buyback dilakukan sebagai upaya meningkatkan stabilitas harga saham di pasar.
Gedung Bank Mandiri/Bisnis-Annisa S. Rini
Gedung Bank Mandiri/Bisnis-Annisa S. Rini

Bisnis.com, JAKARTA — Tiga emiten bank pelat merah yakni PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) berencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) pada tahun ini. Bagaimana prospek saham bank pelat merah ini di tengah rencana aksi buyback saham?

Berdasarkan keterbukaan informasi, Manajemen BMRI menjelaskan bahwa perseroan memiliki rencana untuk melakukan buyback saham sebesar-sebesarnya Rp1,17 triliun. BMRI terlebih dahulu akan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 25 Maret 2025. 

Manajemen BMRI menjelaskan melalui program buyback bertujuan untuk memperkuat keyakinan terhadap nilai jangka panjang dan prospek saham yang dimiliki perseroan. 

"Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan antara kondisi pasar dan fundamental perseroan, serta menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan dalam usaha perseroan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," tulis Manajemen BMRI di keterbukaan informasi pada Jumat (14/2/2025).

Lebih lanjut, tujuan lain dari buyback adalah pengalihan saham hasil buyback untuk pelaksanaan program kepemilikan saham bagi pegawai dalam rangka mendorong engagement terhadap keberlanjutan peningkatan kinerja perseroan.

Sebelumnya, BBNI dan BBRI juga berencana mengeksekusi buyback saham dengan terlebih dahulu meminta restu pada RUPS. BBRI menyiapkan dana Rp3 triliun dan BBNI mengalokasikan Rp905 miliar untuk buyback saham. 

Corporate Secretary BBNI Okki Rushartomo dalam keterangan resminya menjelaskan alasan BNI melakukan buyback. Dia mengatakan pada 10 bulan pertama 2024, saham BBNI menunjukkan pertumbuhan positif secara tahunan seiring kinerja fundamental yang meningkat. 

Namun, memasuki akhir 2024, terutama tekanan mulai terjadi pada saham BBNI. Hal itu terjadi lantaran adanya sentimen negatif pasca hasil pemilu di Amerika Serikat (AS) pada November 2024 yang juga memberikan tekanan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Tekanan pada saham BBNI juga mulai terasa sebagai dampak concern investor atas kondisi ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makro ekonomi Indonesia seputar kondisi likuiditas dan pelemahan kurs," tulisnya dalam pengumuman.  

Alhasil, buyback pun dimaksudkan untuk membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham yang sedang berfluktuasi, sekaligus memberi indikasi kepada investor bahwa perusahaan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan.

Sementara, Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan rencana buyback tersebut di tengah performa saham BBRI yang cenderung mengalami koreksi dalam beberapa waktu terakhir.

"Buyback [saham] nanti kami usulkan di RUPS," katanya saat ditemui selepas acara BRI Microfinance Outlook pada bulan lalu (30/1/2025). 

Prospek Saham BMRI, BBRI, dan BBNI

Seiring dengan rencana buyback, kinerja saham bank pelat merah memang sedang dalam tren lesu. Harga saham BMRI memang menguat 1,99% ke level Rp5.125 per lembar pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (14/2/2025). Namun, harga saham BMRI telah menyusut 10,09% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Sementara, harga saham BBRI jeblok 3,26% pada perdagangan akhir pekan ini ke level Rp3.860 per lembar. Harga saham BBRI juga melemah 5,39% YtD.

Hanya saham BBNI yang kemudian mulai merangkak naik. Harga saham BBNI menguat 2,82% ke level Rp4.370 per lembar. Harga saham BBNI juga menguat tipis 0,46% YtD.

Buyback saham merupakan proses pembelian saham yang sudah beredar di pasar dari para investor yang dijalankan oleh emiten. Dalam menjalankan buyback saham, emiten menggunakan dana miliknya untuk memperoleh saham.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan buyback saham dilakukan sebagai upaya meningkatkan stabilitas harga saham di pasar. Adapun, seiring dengan gelaran buyback saham, gerak saham emiten akan terpengaruh.

Saat informasi terkait harga buyback saham belum tersedia, gerak saham emiten belum begitu bergejolak.

"Namun, saat investor dapatkan harga buyback dan ketika emiten eksekusi buyback baru, akan terjadi penguatan saham, disertai penguatan market cap [kapitalisasi pasar]," kata Nafan.

Di tengah momentum buyback saham, menurutnya prospek saham BMRI, BBRI, dan BBNI masih baik. Selain sentimen buyback saham, terdapat faktor-faktor lainnya yang menjadi pendorong gerak saham BBRI dan BBNI ke depan. Salah satu faktor pendorong adalah adanya penurunan suku bunga acuan.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan 25 basis poin setelah sebelumnya berada di level 6%, menjadi 5,75%.

"Namun, sentimen lainnya yang memengaruhi itu adalah dinamika global terkait dengan The Fed, di mana kalau masih hawkish bias pengaruhi pengetatan likuiditas global," ujar Nafan. 

Mirae Asset Sekuritas sendiri merekomendasikan accumulative buy untuk BMRI dengan target harga hingga Rp6.025 per lembar.

Saham BBRI direkomendasikan buy on weakness dengan target harga hingga Rp4.860 per lembar. Kemudian, saham BBNI direkomendasikan buy on weakness dengan target harga hingga Rp5.850 per lembar. 

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer juga menilai rencana buyback saham BMRI, BBRI, dan BBRI berpotensi menjadi katalis positif bagi pergerakan harga sahamnya.

"Buyback umumnya kami kira sebagai sinyal bahwa perusahaan masih menilai sahamnya undervalued, serta dapat menopang harga saham dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap fundamental perusahaan," katanya kepada Bisnis.

Sementara, sentimen lainnya yang akan memengaruhi pergerakan saham bank pelat merah meliputi kebijakan suku bunga BI, pertumbuhan kredit, serta prospek ekonomi domestik yang akan memengaruhi sektor perbankan secara keseluruhan.

---------------------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper