Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat Hari Ini, Tembus Rp16.363 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (13/2/2025).
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (13/2/2025). Rupiah ditutup menguat bersama beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 12,5 poin atau 0,28% sehingga parkir di posisi Rp16.363 per dolar AS. Indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau melemah 0,38 poin atau 0,35% ke level 107,55.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia terpantau ditutup bervariasi di hadapan dolar AS. Mata uang yen Jepang ditutup menguat 0,08%, won Korea menguat 0,28%, yuan China menguat 0,q9%, dan dolar Singapura menguat 0,33%.

Lalu dolar Taiwan menguat 0,28%, peso Filipina naik 0,19%, ringgit Malaysia naik 0,24%, dan baht Thailand menguat 0,50% terhadap dolar AS.

Melansir Reuters, sentimen datang dari AS dengan data yang menunjukkan inflasi konsumen meningkat lebih dari yang diperkirakan pada bulan Januari. Hal ini menegaskan pesan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga.

Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen naik sebesar 3% secara tahunan pada bulan Januari, di atas perkiraan kenaikan sebesar 2,9%. Sementara itu, tingkat inti, yang tidak mencakup harga makanan dan energi, naik sebesar 3,3%, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 3,1%.

Prospek kenaikan harga barang impor akibat serangkaian tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump mendorong rumah tangga dan pengamat pasar untuk bersiap menghadapi peningkatan inflasi yang lebih berkelanjutan.

Pasar derivatif menunjukkan bahwa para traders memperkirakan The Fed mungkin hanya akan menurunkan suku bunga satu kali lagi tahun ini.

"Tarif membuat The Fed berada dalam posisi sulit karena tarif dapat mengurangi pertumbuhan dan menciptakan pengangguran, tetapi juga dapat memicu inflasi. The Fed mungkin cenderung menunggu dan melihat perkembangan sebelum mengambil langkah, sampai mereka yakin dengan kebijakan tarif dan berapa lama kebijakan itu akan bertahan," kata Richard Flynn, Managing Director Charles Schwab UK.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper