Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai pergerakan harga saham emiten berbasis pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) cenderung terbatas sampai awal tahun ini.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan pergerakan saham yang relatif terbatas itu disebabkan karena capaian laba yang relatif kecil dari sektor ini.
“Kalau dilihat profitabilitasnya masih minim dan cenderung berfluktuasi,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho saat dihubungi Bisnis, Rabu (12/2/2025).
Apalagi, kata Adityo, lokasi PLTMH cenderung sulit untuk diakses. Situasi itu, menurut dia, membuat pertumbuhan eksponensial menjadi terbatas pada emiten berbasis minihidro tersebut.
Kendati demikian, dia berpendapat, emiten PLTMH memiliki prospek jangka panjang yang menarik di tengah masa transisi energi mendatang.
“Tapi untuk jangka panjang sebenarnya masih cukup menjanjikan,” katanya.
Selain itu, Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan pergerakan sempit saham emiten PLTMH turut dipengaruhi oleh likuiditas di pasar yang masih rendah.
“Pasar masih melihat prospek pertumbuhan EBT belum sesuai ekpektasi pasar baik itu dari sisi kinerja dan target bauran EBT,” kata Sukarno saat dihubungi Bisnis.
Dari sisi fundamental, menurut Sukarno, kinerja pendapatan dan laba dari emiten EBT belum optimal.
“Dari sisi fundamental kinerja secara year on year mengalami penurunan dan belum optimal,” tuturnya.
Seperti diketahui, harga saham Grup Astra, PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) cendeurng susut 1,09% atau turun 10 poin ke level Rp910 per saham sejak awal tahun.
Sementara itu, PT Hero Global Investment Tbk. (HGII), yang baru IPO bulan lalu, mencatatkan pelemahan harga saham sebesar 5% atau susut 10 poin ke level Rp190 per saham, sejak terdaftar di pasar modal pertengahan Januari 2025 lalu.
Di sisi lain, PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN) mencatatkan pertumbuhan harga saham yang optimal sejak awal 2025. Saham KEEN menguat 7,63% atau naik 45 poin ke level Rp635 per saham pada periode tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.