Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menyiapkan strategi untuk menghadapi pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Salah satunya adalah dengan memaksimalkan penggunaan bahan baku.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno menjelaskan kenaikan kurs dolar as terhadap rupiah berdampak terhadap operasional perusahaan.
"Hal ini disebabkan adanya beberapa bahan baku yang hanya diproduksi di luar negeri dan harga yang cukup kompetitif," kata Ganti, Jumat (7/2/2025).
Dia melanjutkan KAEF telah memetakan risiko dan dampak dari kenaikan kurs dolar ini sebagai potensi risiko bisnis perusahaan, yang juga dialami perusahaan farmasi lainnya.
Dengan pelemahan rupiah ini, menurut Ganti KAEF akan memaksimalkan penggunaan produksi bahan baku di anak perusahaan KAEF, yaitu Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.
"Kami juga mencoba mencari alternatif bahan baku," ucapnya.
Sebagai informasi, sampai akhir September 2024 KAEF mencatat penjualan bersih naik sebesar 1,94% menjadi Rp7,86 triliun, dibandingkan dengan Rp7,71 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penjualan bersih KAEF ditopang oleh penjualan obat generik sebesar Rp1,09 triliun hingga kuartal III/2024, atau naik 15,5% year-on-year (YoY) dari Rp945,67 pada periode yang sama tahun lalu.
Akan tetapi, rugi bersih KAEF membengkak 137,9% menjadi Rp421,8 miliar sampai akhir September 2024, dari sebelumnya rugi Rp177,3 miliar secara tahunan.
Di sisi lain, rupiah tercatat belum pernah kembali menyentuh level Rp15.000-an sejak awal tahun 2025. Bahkan, rupiah sempat menyentuh level Rp16.448 per dolar AS di awal pekan ini, yang merupakan level pelemahan terdalam.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.