Bisnis.com, JAKARTA — Saat Presiden Donald Trump mengusung agenda pro kripto di Washington, seorang ekonom peraih Nobel meramalkan bahwa mata uang kripto terkemuka Bitcoin tidak akan bernilai apa pun hanya dalam 10 tahun.
"Itu hanya emas digital jika ada gunanya. Jika tidak ada gunanya, itu hanya kertas. Bukan kertas, itu udara, bahkan bukan udara," kata Eugene F. Fama dalam sebuah siniar, sebagaimana dikutip dari The Street, Sabtu (8/2/2025).
Proposisi nilai Bitcoin telah lama dipertanyakan oleh para pencela karena volatilitasnya, kurangnya nilai intrinsik, risiko regulasi, utilitas terbatas untuk pembayaran, masalah skalabilitas, konsentrasi kekayaan, dan dampak lingkungan dari penambangan Bitcoin.
"Mata uang kripto merupakan teka-teki karena melanggar semua aturan alat tukar. Mata uang kripto tidak memiliki nilai riil yang stabil. Nilai riilnya sangat bervariasi. Media pertukaran semacam itu seharusnya tidak bertahan lama," imbuh Fama.
Fama juga menyoroti risiko sistem keuangan tradisional yang bergabung dengan aset spekulatif dan volatil seperti Bitcoin.
"Saya tidak dapat memprediksi kapan Bitcoin akan hancur. Saya berharap Bitcoin akan hancur, tetapi saya tidak dapat memprediksinya. Saya berharap Bitcoin akan hancur karena jika tidak, kita harus memulai dari awal dengan teori moneter. Bitcoin sudah tidak ada lagi. Bitcoin mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi Anda harus memulai dari awal lagi," jelasnya.
Baca Juga
Fama memenangkan Penghargaan Nobel dalam ilmu ekonomi pada 2013, bersama ekonom Lars Peter Hansen dan Robert J. Shiller atas karya mereka tentang harga aset.
Menurut CoinGecko, Bitcoin saat ini diperdagangkan pada harga mendekati US$96.731. Sementara itu, kapitalisasi pasar global untuk kripto telah melampaui US$3,15 triliun.