Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham emiten tambang dan pengolahan emas kompak mencatatkan penguatan di sepanjang perdagangan hari ini, tersulut rekor baru atau all time high harga emas.
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (5/2/2025), harga emas untuk kontrak April 2025 di bursa berjangka atau Comex menguat 0,28% atau 8,10 poin ke level US$2.883,90 per troy ounce pada pukul 14.25 WIB. Sementara itu, harga emas spot menguat 0,52% atau 14,74 poin ke level US$2.857,45 per troy ounce.
Sentimen penguatan harga emas di pasar dunia itu belakangan ikut mengerek harga saham emiten tambang dan pengolahan emas di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menguat 2,86% ke level Rp1.440 per saham. Kendati demikian, saham ANTM terkoreksi 6,47% sejak awal tahun.
Selanjutnya, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masing-masing menguat 4,35% dan 5,85%. Berikutnya saham AMMN diperdagangkan di level Rp7.175 per saham dan BRMS di level Rp400 per saham.
Penguatan harga efek saham itu juga terjadi pada saham PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) sebesar 5,48% ke level Rp462 per saham.
Hanya saja, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) cenderung bergerak minor dengan penguatan masing-masing 0,70% dan 1,44%.
Di sisi lain, emiten tambang J Resources (PSAB) terkoreksi 1,41% di tengah sentimen penguatan harga emas di pasar spot sepanjang hari ini. PSAB saat ini diperdagangkan di level Rp282 per saham.
Sebelumnya, harga emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Senin (3/2/2025), didorong oleh arus modal ke aset safe haven setelah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada, China, dan Meksiko meningkatkan kekhawatiran inflasi serta perlambatan ekonomi global.
Melansir Reuters, Selasa (4/2/2025), harga emas di pasar spot menguat 0,8% ke US$2.818,99 per troy ounce, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi US$2.830,49. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS ditutup menguat 0,8% ke US$2.857,10.
Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures David Meger mengatakan kendati dolar AS yang kuat biasanya membebani harga emas, permintaan aset lindung nilai terus mendorong harga logam mulia ini di tengah ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif Trump.
Trump resmi memberlakukan tarif 25% terhadap impor dari Kanada dan Meksiko mulai Selasa, serta tarif 10% untuk produk dari China. Kebijakan ini memicu kekhawatiran perang dagang yang berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong inflasi lebih tinggi.
Sebagai respons, Kanada dan Meksiko mengumumkan kebijakan balasan, sementara China berencana mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan menyiapkan langkah tandingan yang belum diungkapkan.
Kepala Strategi Komoditas TD Securities Bart Melek mengatakan pasar masih belum sepenuhnya yakin seberapa besar dampak perang dagang ini.
“Jika ketegangan ini berlangsung lebih lama, harga emas berpotensi melonjak lebih tinggi,” jelasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.