Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkatan Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi bahwa Surat Berharga Negara (SBN) ritel sepanjang 2025 akan menawarkan kupon berkisar antara 6,1%-6,8%.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan bahwa salah satu sentimen yang bisa menekan kupon SBN ritel turun adalah pemangkasan suku bunga yang masih akan berlanjut pada 2025.
"Secara pricing, yield akan terdorong turun. Kami melihat terdapat kecenderungan modal asing akan mengalir ke pasar surat utang, karena pasar domestik menawarkan imbal hasil yang relatif tinggi. Ini membuat yield bergerak turun seiring dengan harga obligasi yang naik," katanya kepada Bisnis, Kamis (30/1/2025).
Faktor lainnya ialah ketidakpastian pasar pada 2025 yang berisiko mendorong pelaku pasar untuk tetap mengalokasikan investasinya ke surat utang pemerintah yang dinilai relatif lebih aman, karena merupakan risk-free asset. Meski begitu, dia menambahkan volatilitas pergerakan rupiah juga dapat menjadi faktor risiko.
"Kami melihat bahwa pasokan surat utang pemerintah akan mengalami peningkatan yang signifikan pada 2025, apabila dibandingkan dengan 2024 lalu," ujarnya.
Dari sisi eksternal, Suhindarto menjelaskan risiko geopolitik dan ketidakpastian akibat kebijakan Trump 2.0 juga dapat membuat yield acuan cenderung kaku untuk turun.
Dia menjelaskan bahwa kupon surat utang pemerintah termasuk SBN ritel kemungkinan masih akan cenderung tinggi, sampai terdapat sinyal yang mendukung kebijakan moneter untuk dilonggarkan lebih jauh, baik dari Amerika Serikat (AS) maupun dari dalam negeri.
Menurutnya pemangkasan suku bunga akan menjadi katalis utama yang membuat yield SUN benchmark mengalami penurunan, yang kemudian membuat kupon di pasar juga menurun.
"Pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada pertengahan Januari ini, yang diiringi dengan penurunan yield benchmark UST 10 tahun di AS, telah membuat yield SUN-10 tahun menurun dari yang sebelumnya mencapai 7,21% menjadi 7,05%," ucapnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate 25 bps menjadi 5,75% dari 6,00%, berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14-15 Januari 2025.
Kupon Tinggi ORI027
Saat ini, pemerintah sedang membuka penawaran SBN ritel pertama pada 2025 yakni ORI027 dengan kupon 6,65% untuk tenor 3 tahun dan 6,75% untuk tenor 6 tahun.
Kupon tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penawaran ORI sebelumnya yakni ORI026 yang menawarkan kupon 6,3% untuk tenor 3 tahun dan 6,4% untuk tenor 6 tahun.
Suhindarto menjelaskan salah satu penyebab utama kenaikan kupon yang ditawarkan pada SBN ritel tersebut adalah kenaikan yield benchmark SBN secara umum.
"Terpilihnya Trump yang membawa arah kebijakan ekonomi lebih inward-looking di AS telah menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan terkait dengan upaya penurunan inflasi dan pemangkasan suku bunga di AS," ucapnya.
Menurutnya, kebijakan Trump akan membuat inflasi menjadi lebih kaku untuk diturunkan, dan telah menimbulkan risiko pada prospek pemangkasan suku bunga pada 2025 yang berkemungkinan tidak akan sebesar perkiraan sebelumnya, dan ini mendorong yield US Treasury naik, dan begitupula dengan yield SBN.