Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

100 Hari Prabowo-Gibran, Dana Asing Rp28,6 Triliun Jauhi Pasar Saham RI

Sebanyak Rp28,6 triliun dana asing lari dari pasar saham Indonesia dalam 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran.
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, belum lama ini./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, belum lama ini./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Sebanyak Rp28,6 triliun dana asing lari dari pasar saham Indonesia sejak pemerintahan baru Prabowo-Gibran resmi menjabat. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong larinya dana asing dari pasar saham Indonesia.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp28,6 triliun dalam tiga bulan perdagangan terakhir atau sejak pekan pertama pemerintahan baru Prabowo-Gibran berjalan sampai 24 Januari 2025.

Dalam pekan perdagangan terakhir atau periode 20 Januari 2025 sampai 24 Januari 2025, pasar saham Indonesia juga masih mencatatkan net sell asing sebesar Rp919,91 miliar.

Adapun, terdapat sejumlah saham yang mencatatkan nilai net sell asing tertinggi, seperti saham bank-bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp13,8 triliun dalam tiga bulan perdagangan terakhir.

Kemudian, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan net sell asing sebesar Rp8,19 triliun sepanjang tiga bulan perdagangan terakhir.

Catatan net sell asing BBCA yang tinggi diraup pula pada pekan lalu. BBCA mencatatkan net sell asing yang deras Rp2,27 triliun dalam sepekan perdagangan terakhirnya. Padahal, pada pekan lalu, BBCA mengumumkan capaian laba bersih konsolidasi yang tumbuh 12,7% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp54,8 triliun sepanjang 2024.

Seiring dengan derasnya aksi jual asing, harga saham BBCA pun turun 2,6% ke level Rp9.350 pada penutupan perdagangan akhir pekan ini.

Harga saham BBCA juga turun 4,59% dalam sepekan perdagangan terakhir dan melemah 5,56% sejak perdagangan perdana 2025 atau secara year to date (ytd).

"Kondisi ini [lesunya saham BBCA] mengindikasikan kecenderungan sell on news," tulis Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.

Saham bank jumbo lainnya PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) pun mencatatkan net sell asing Rp3,87 dalam tiga bulan terakhir. Lalu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing Rp1,81 triliun pada tiga bulan perdagangan terakhir.

Analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Evelyn Vidya Paramita dalam risetnya menilai catatan net sell asing perbankan yang besar telah menjadi beban bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) pada tahun lalu. IHSG sendiri telah melemah 7,13% dalam tiga bulan perdagangan terakhir ditutup di level 7.166 pada Jumat (24/1/2025).

"Saham perbankan tertekan oleh ketidakpastian politik selama pemilihan presiden, legislatif, dan daerah yang berlangsung serentak pada 2024 serta kondisi makro seperti pemulihan suku bunga global," tulis Satria dan Evelyn dalam risetnya.

Selain saham perbankan, terdapat sejumlah saham di sektor lainnya yang mencatatkan net sell asing tinggi. Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) misalnya telah mencatatkan net sell asing Rp1,52 triliun dalam tiga bulan perdagangan terakhir.

Lalu, saham PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) dengan catatan net sell asing Rp708 miliar serta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dengan net sell asing Rp615 miliar dalam tiga bulan perdagangan terakhir. 

Sebelumnya, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menilai larinya dana asing pada akhir 2024 juga terjadi didorong oleh momentum terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS. Menurutnya, kemenangan Trump dalam kontestasi Pilpres AS membuat investor di emerging market, termasuk Indonesia lari ke AS. 

"Jadi tiga bulan terakhir ini mereka [investor asing] keluar dulu," ujar Ike. Meskipun ke depan, ia memproyeksikan larinya dana asing dari pasar saham Indonesia akan mulai mereda.

Sementara, aliran dana asing ke pasar saham Indonesia pada tahun ini menurutnya akan ditentukan oleh kinerja saham-saham big caps. "Yang jadi penentu big caps, karena big caps sudah ancur-ancuran harganya. Padahal fundamentalnya masih bagus," tutur Ike.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper