Bisnis.com, JAKARTA — Manajer investasi PT Schroder Investment Management Indonesia memandang optimistis pasar modal Indonesia memasuki tahun 2025.
Dalam publikasinya, Schroder menuturkan memiliki pandangan yang optimistis, tetapi hati-hati terhadap pasar saham Indonesia.
"Meskipun kami berpikir mungkin ada risiko dan gangguan di sana-sini, terutama pada paruh pertama tahun 2025," tulis Schroder, Jumat (24/1/2025).
Menurut Schroder kejelasan mengenai kebijakan domestik dan asing adalah faktor kunci. Schroder juga berpikir bahwa ekspektasi pemerintah terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) YoY sebesar 5,2% dan ekspektasi konsensus terhadap pertumbuhan EPS YoY sekitar 10% untuk tahun 2025 akan membuat Indonesia menjadi salah satu pasar yang tangguh secara global.
Program-program pemerintah yang terlihat pro-konsumsi dan pertumbuhan secara teori positif untuk pasar saham. Sementara itu, Schroder juga masih mengharapkan pertumbuhan laba perusahaan yang sehat dari sektor-sektor seperti perbankan dan konsumen.
"Meskipun demikian, kami memperkirakan gangguan dapat datang baik dari sisi global seperti kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS, maupun dari dalam negeri, dengan investor yang juga terus mencermati eksekusi kebijakan dari kabinet yang baru," kata Schroder.
Baca Juga
Schroder juga masih meyakini kebijakan-kebijakan tersebut merupakan pendorong utama bagi pasar saham Indonesia. Schroder memetakan fokus utama dari kebijakan-kebijakan tersebut adalah seperti kecukupan energi, kecukupan pangan, pembangunan manusia melalui pengembangan sekolah dan program makan bergizi gratis, reformasi penyediaan layanan kesehatan, dan perumahan yang terjangkau.
"Dari program-program ini, kami pikir fokus utama pemerintah adalah konsumen, energi, pertanian, perawatan kesehatan, dan properti. Meskipun semuanya baik di atas kertas, investor perlu memantau pelaksanaan kebijakan-kebijakan ini," tuturnya.
Pertumbuhan fundamental adalah faktor kunci lainnya yang perlu menjadi fokus menurut Schroder. Pemerintah menargetkan pertumbuhan PDB YoY sebesar 5,2% pada tahun 2025.
Schroder berharap pelaksanaan belanja pemerintah yang lancar dapat mendukung konsumsi di tahun mendatang untuk mengatasi potensi risiko dari penurunan ekspor terkait komoditas.
"Dalam hal laba perusahaan, kami belum melihat banyak dampak dari laba perusahaan terhadap penguatan indeks di awal tahun 2025 karena laba bersih YTD sebagian besar sesuai harapan dan kurang kejutan positif," ujar Schroder.
Oleh karena itu, lanjut Schroder, setiap kejutan positif dalam laba di tahun 2025 dapat menjadi katalis utama untuk pasar saham di tahun 2025. Saat ini, konsensus mengharapkan pertumbuhan EPS YoY di sekitar 10% pada tahun 2025.
Di sisi lain, pergerakan mata uang juga sangat penting untuk pasar saham.
Dari sisi valuasi, pasar saham Indonesia masih diperdagangkan pada valuasi yang menarik sebesar 12,1x PE 2025, yang masih lebih murah dibandingkan dengan peers negara maju seperti AS dan Jepang, serta peers negara berkembang seperti India dan Malaysia.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.