Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.245 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (9/1/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,21% atau 34,5 poin ke posisi Rp16.245 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat 0,01% ke posisi 108,840.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,15%, won Korea menguat 0,31%, yuan China menguat sebesar 0,03%, dan dolar Taiwan menguat sebesar 0,04%.
Sementara itu mata uang yang melemah di antaranya, dolar Singapura melemah sebesar 0,01%, peso Filipina melemah 0,25%, baht Thailand melemah 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,08%, rupee India melemah 0,16%, dan dolar Hong Kong melemah 0,02%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memprediksi bahwa untuk perdagangan hari ini (9/1/2025) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.200-Rp16.270 per dolar AS.
Dia mengatakan bahwa pada perdagangan kemarin (8/1/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 68 poin ke level Rp16.210, setelah sebelumnya sempat melemah 75 poin ke level Rp16.142.
Ibrahim mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) mancatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 sebesar US$155,7 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan pada akhir November 2024 sebesar US$150,2 miliar.
Menurutnya, kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Sementara itu, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2024 setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Dia menjelaskan bahwa BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal.
"BI juga terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," katanya.
Menurutnya, prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus, sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.