Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Gebrakan Emiten Media 2025, Harga Saham Mampu Bergeliat?

Gebrakan aksi korporasi dari emiten media disebut menjadi faktor utama pendorong pergerakan harga sahamnya, mengingat saham media di Indonesia kurang likuid.
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi korporasi dari emiten media disebut menjadi faktor utama pendorong pergerakan harga sahamnya tahun ini, mengingat saham media di Indonesia kurang likuid.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa saham emiten-emiten media secara fundamental masih belum likuid untuk saat ini.

"Memang emiten-emiten berbasis media secara kinerja fundamental pergerakan harga sahamnya relatif kurang begitu likuid," katanya saat ditanyai Bisnis, Kamis (2/1/2025).

Dia mengatakan dalam jangka pendek, apabila nantinya terjadi lonjakan harga saham dari emiten media secara signifikan, maka itu lebih dipengaruhi oleh aksi korporasi emiten media itu sendiri.

Dia menjelaskan sentimen untuk emiten-emiten media pada 2025 ini terkait dengan tantangan dari digitalisasi.

"Untuk kedepan saya rasa memang emiten-emiten berbasis media ini memiliki tingkat persaingan yang cukup kompetitif ya, belum lagi juga terdapat digitalisasi," ujarnya.

Dia pun menilai emiten media dapat memaksimalkan fokus terhadap digitalisasi, misalnya dengan memberikan layanan streaming online berbasis bulanan. Dengan memfokuskan pada hal tersebut, maka emiten-emiten berbasis media bisa meningkatkan kinerja yang berkelanjutan.

Hal senada disampaikan oleh Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo, bahwa kinerja emiten media saat ini lebih didorong oleh pembuatan konten digital.

"Adanya peralihan permintaan pada konten digital atau pada Over The Top (OTT) atau layanan streaming," ucapnya.

Saat ini, dia melihat emiten media bisa berfokus pada konten digital di platform OTT, mengingat beberapa emiten media mengalami pertumbuhan pendapatan pada segmen digital seperti PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA).

Lebih lanjut, Abdul melihat pendapatan terbesar emiten media masih berasal dari pendapatan iklan di segmen televisi walaupun ada kecenderungan menurun.

Untuk diketahui, emiten-emiten media mengalami kinerja yang loyo di sepanjang 2024 seperti PT Net Visi Media Tbk. (NETV) yang diakuisisi oleh PT MD Entertainment Tbk. (FILM) dan berubah nama menjadi PT MDTV Media Technologies Tbk. (MDTV).

Selanjutnya, emiten media lainnya seperti PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), sahamnya diserok berulang kali oleh induk usahanya yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK)..

Adapun Mirae Asset Sekuritas belum bisa memberikan rekomendasi saham-saham media untuk saat ini.

"Rata-rata not rated untuk sementara ini mengingat pergerakannya relatif kurang begitu likuid," tambahnya.

Sedangkan Kiwoom Sekuritas merekomendasikan saham media yang dapat dicermati untuk trading jangka pendek, saham SCMA direkomendasikan beli dengan target resistance 165-176 dan support 162-161.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper