Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup perdagangan perdana 2025 di zona hijau. Sejumlah analis pun memperkirakan ada peluang terjadinya January Effect di pasar saham Indonesia pada tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan penguatan sebesar 1,18% atau 83,3 poin ke level 7.163,2 pada Kamis (2/1/2025). IHSG dibuka di level 7.092,43 pada perdagangan hari ini dan bermanuver pada rentang terendah 7.088,32 dan mencatatkan level tertinggi harian saat penutupan perdagangan.
Secara historis dalam 5 tahun terakhir, IHSG cenderung mengalami koreksi secara bulanan pada Januari. IHSG turun tipis 0,16% secara bulanan pada Januari 2023 dan terkoreksi 0,89% pada Januari 2024.
Analis Maybank Sekuritas Fath Aliansyah mengatakan bahwa pasar saham di Indonesia memiliki peluang untuk tersengat January Effect, meski peluangnya tidak tinggi. January Effect merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga saham pada Januari setelah periode liburan akhir tahun sejalan dengan aksi beli investor pada awal tahun.
"Mengenai angka statistik selama 10 tahun terakhir, Januari memiliki probabilitas 50% untuk mengalami kenaikan [harga saham]," katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (2/1/2024).
Dengan melihat probabilitas yang tidak begitu tinggi tersebut, dia menyarankan ada baiknya para pelaku pasar bisa fokus kepada saham-saham konglomerasi atau yang memiliki potensi aksi korporasi baik di posisi induk ataupun di anak perusahaan.
Lebih lanjut, dia memprediksi bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG) akan berada di level resistance 7.338 sepanjang Januari 2025.
Terpisah, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa potensi penguatan saham pada Januari ini tidak terlepas dari adanya aksi korporasi emiten dan seputar kinerja laporan keuangan emiten.
"Jika ada kinerja emiten yang memang secara bottom line-nya mengalami pertumbuhan ratusan persen, ini biasanya akan terjadi suatu lonjakan [harga saham] secara signifikan," ujarnya kepada Bisnis.
Secara teknikal, IHSG diperkirakan berada di level resistance 7.324 dan support di 6.932 sepanjang Januari 2025.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata sebelumnya mengatakan bahwa yang menjadi sentimen lainnya pada tahun depan adalah terkait dengan peluang penurunan suku bunga The Fed.
Menurutnya, saat ini banyak ekspektasi untuk menurunkan suku bunga, tetapi semua itu terhalangi oleh pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang saat ini dipimpin oleh Donald Trump, yang membuat inflasi lebih tinggi dan adanya pengenaan tarif.
"Oke 2025, sepertinya suku bunga The Fed akan berada di sekitar 3,0% sampai 3,5%," ujarnya.
Berdasarkan analisa teknikal, Fath dari Maybank Sekuritas merekomendasikan beberapa saham yang tergolong konglomerasi atau saham yang sedang mengalami tren kenaikan disertai adanya potensi aksi korporasi adalah BREN, PANI, BRMS, DEWA dan RAJA.
"Level rentang support untuk menjaga momentum positif untuk BREN Rp8.050-Rp8.300, PANI Rp15.650-Rp15.975, BRMS Rp324-Rp336, DEWA Rp105-Rp106 dan RAJA Rp2.540-Rp2.570," tambahnya.
Kinerja Historis IHSG pada Januari
Tahun |
Kinerja 1 bulan (month-on- month) |
2010 |
3,02% |
2011 |
-7,95% |
2012 |
3,13% |
2013 |
3,17% |
2014 |
3,38% |
2015 |
1,19% |
2016 |
0,48% |
2017 |
-0,05% |
2018 |
3,93% |
2019 |
5,46% |
2020 |
-5,71% |
2021 |
-1,95% |
2022 |
0,75% |
2023 |
-0,16% |
2024 |
-0,89% |