Bisnis.com, JAKARTA—Pencatatan saham perdana sepanjang 2024 jauh lebih sedikit dibandingkan dengan target bursa. Situasi ini menjadi pekerjaan rumah bagi pasar saham sebelum melangkah di tahun depan, mengingat perusahaan yang berencana IPO sering menjadikan hasil sebelumnya sebagai acuan.
Artikel bertajuk Asa Euforia IPO Lebih Meriah di 2025 menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini sorotan utama Bisnisindonesia.id, Senin (30/12/2024):
1. Asa Euforia IPO Lebih Meriah di 2025
Realisasi pencatatan saham perdana sepanjang 2024 jauh lebih sedikit dibandingkan dengan target yang dipatok bursa. Situasi ini menjadi pekerjaan rumah bagi pasar saham melangkah di tahun depan, mengingat perusahaan yang berencana IPO sering menjadikan hasil sebelumnya sebagai acuan.
Sebanyak 41 emiten melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2024. Meski lebih dari separuh saham baru ini menorehkan penurunan harga, tak sedikit pula yang mencatatkan kinerja kinclong dengan kenaikan menyentuh 300%.
Realisasi IPO tersebut tidak mencapai target BEI di angka 62 emiten baru. Namun IPO dengan emisi jumbo tak lantas absen pada 2024. Terlihat dari penghimpunan dana Rp4,32 triliun yang diraih emiten batu bara PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) dan pengelola jaringan ritel PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) yang meraih dana Rp4,15 triliun.
Dari deretan perusahaan yang melakukan IPO tahun ini, tujuh emiten masuk ke papan utama, 31 emiten masuk ke papan pengembangan, dan tiga emiten masuk ke papan akselerasi. Bisnis mencatat mayoritas saham-saham dari perusahaan IPO tahun ini menorehkan kinerja jeblok. Sampai perdagangan akhir pekan ini, Jumat (27/12/2024), terdapat 23 emiten baru yang mencatatkan pelemahan harga saham, satu saham berkinerja stagnan.
2. Capai Target Multifinance Sambut Tahun Baru
Bisnis pembiayaan mencatatkan peningkatan volume pembiayaan di pengujung 2024 terdorong aktivitas ekonomi momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kendati pertumbuhan tersebut belum signifikan, tren tersebut mencerminkan adanya perputaran ekonomi kendati masih menantang.
Misalnya saja, perusahaan pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance mencatat adanya kenaikan volume pembiayaan pada Desember 2024. Chief of Financial Officer Adira Finance Sylvanus Gani M mengatakan, volume pembiayaan di Desember mengalami peningkatan 5%–10% dibandingkan November 2024.
“Volume pembiayaan pada Desember ini memang terlihat ada kenaikan, walaupun besarannya masih di kisaran 5-10% dari bulan November,” kata Gani kepada Bisnis, dikutip Minggu (29/12/2024),
Secara siklus, kenaikan pembiayaan di akhir tahun merupakan pola yang biasa terjadi. Faktor Nataru menjadi pendorong utama, karena di periode ini daya beli masyarakat cenderung meningkat. Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, kenaikan pembiayaan pada Desember biasanya berkisar 10%-12%.
Namun, dia menekankan bahwa kondisi ekonomi tahun ini tidak sepenuhnya mendukung pertumbuhan yang optimal. “Sekali lagi, kondisi perekonomian tahun ini memang cenderung tidak selancar tahun sebelumnya.”
3. Untung & Rugi Asuransi Kredit di Platform P2P Lending
Peluang perusahaan yang memasarkan produk asuransi kredit melalui platform tekfin peer-to-peer (P2P) lending diharapkan dapat menjadi lumbung baru untuk meningkatkan kontribusi pendapatan premi.
Dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan POJK Nomor 20 Tahun 2023 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Kredit atau Pembiayaan Syariah dan Produk Suretyship atau Suretyhsip Syariah. Beleid ini berlaku efektif pada 13 Desember 2024, yang memungkinkan perusahaan memasarkan produk asuransi kredit melalui platform fintech lending.
Kendati begitu, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S. Djafar menjelaskan perlindungan asuransi kredit pada bisnis pinjaman daring (pindar) merupakan pilihan bagi lender, sehingga bukan menjadi sebuah mandatori atau kewajiban.
Menurutnya asuransi kredit ini akan menarik, tapi dengan catatan premi yang dibebankan pada lender tidak signifikan memangkas keuntungan yang lender dapatkan dari manfaat ekonomi atau bunga pinjaman
"Sebenernya produk asuransi akan menarik jika premi yang ditetapkan masih masuk dengan bunga yang diperoleh dari borrower," kata Entjik kepada Bisnis, dikutip Minggu (29/12/2024).
4. Siasat Memacu Produksi Jagung Hadapi Setop Impor 2025
Pemerintah berupaya mendongkrak produksi jagung melalui program tanam serentak mulai 19 Januari 2025 berbagai wilayah Indonesia, guna mendukung percepatan swasembada pangan. Program mencakup area 1,7 juta hektare.
Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil menyampaikan, total lahan yang akan ditanami jagung mencapai 1,7 juta hektare dengan target produktivitas rata-rata 4 ton per hektare.
“Dari luas tersebut, diharapkan 60% efektif ditanam, menghasilkan tambahan produksi sebesar 4 juta ton jagung atau meningkat 25% dari eksisting,” kata Ali Jamil dalam Rapat Koordinasi Peran Polri dalam Mendukung Ketahanan Pangan, dikutip Minggu (29/12/2024).
Program yang dirancang untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan perkebunan dan lahan kering lainnya ini merupakan bagian dari prioritas pemerintah dalam mencapai swasembada pangan.
Sebaran target tanam jagung dalam program ini mencakup beberapa provinsi strategis, di antaranya Kalimantan Tengah dengan luas 208.136 hektare, Kalimantan Barat 191.838 hektare, dan Sumatera Selatan 156.431 hektare. Selain itu, wilayah sentra produksi seperti Sulawesi Selatan, Lampung, dan Jawa Tengah juga menjadi prioritas.
5. Prospek Subur Ekspor Furnitur 2025
Pelaku industri furnitur dan kerajinan Tanah Air mengandalkan kinerja ekspor untuk mencetak pertumbuhan pada 2025. Terlebih, pasar domestik diproyeksikan masih suram karena tekanan pelemahan daya beli.
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat mengakui bahwa industri furnitur memiliki prospek yang cukup positif pada 2025 karena ditopang permintaan ekspor.
"Secara global, pasar furnitur diproyeksikan akan mencapai nilai US$794 miliar, naik dari US$766 miliar pada akhir tahun 2024. Kami melihat pertumbuhan ekspor Indonesia pun cukup stabil, sehingga kami masih mematok target pertumbuhan 20% di pasar domestik dan internasional," ujarnya, Kamis (26/12/2024).
Dedy menjelaskan bahwa sikap optimistis juga bersumber dari tren kinerja ekspor furnitur Indonesia yang mampu mencapai US$1,61 miliar hingga kuartal III/2024, alias meningkat 3,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu, ke depan Asmindo tetap akan bertumpu pada ajang seperti International Furniture and Craft Fair Indonesia (Iffina) yang akan berperan sebagai platform untuk mempromosikan produk furnitur Indonesia ke pasar global dan memperkuat posisi Indonesia di industri furnitur dunia.