Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke level Rp16.216 per dolar Amerika Serikat (AS) selepas libur Natal, Jumat (27/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,16% atau 26 poin ke posisi Rp16.216 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar menguat tipis 0,02% ke posisi 108,148
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,18%, dolar Hong Kong menguat 0,02% dan peso Filipina 0,19%.
Sementara itu, mata uang lainnya melemah di antaranya dolar Singapura sebesar 0,05%, dolar Taiwan susut 0,06% dan won Korea Selatan melemah 0,98%.
Selain itu, rupee India dan yuan China masing-masing mencatatkan pelemahan 0,08% dan 0,02%. Selanjutnya, ringgit Malaysia dan baht Thailland turut mencatatkan pelemahan masing-masing 0,16% da 0,20%.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan investor tetap berhati-hati dengan kenaikan dolar menyusul kecenderungan hawkish Federal Reserve AS.
Dengan demikian, investor masih menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar menjelang pekan perdagangan yang dipersingkat karena periode liburan Natal.
Ibrahim mengatakan pertemuan The Fed mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk periode yang lebih lama setelah pemangkasan pada Rabu lalu.
"Pelaku pasar sekarang hanya mengharapkan dua penurunan seperempat poin pada 2025 di tengah ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dan inflasi yang masih tinggi, dan ini sebanding dengan ekspektasi empat penurunan suku bunga sebelum pertemuan The Fed," kata Ibrahim beberapa waktu lalu.
Selain itu, dia menjelaskan pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang rencana Beijing untuk langkah-langkah stimulus pada tahun mendatang. Laporan-laporan terkini menunjukkan bahwa negara tersebut akan meningkatkan pengeluaran fiskal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa optimisme atas stimulus yang lebih besar membantu saham-saham China mengatasi penurunan baru-baru ini di pasar-pasar Asia. Data indeks manajer pembelian China akan dirilis dalam beberapa hari mendatang dan akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di Asia tersebut.
Kemudian dari sisi internal, Ibrahim mengungkap bahwa pemerintah mengklaim kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat meskipun nilai tukar rupiah melemah hingga kembali menyentuh di atas Rp16.000 per dolar AS.