Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.181 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini, Senin (23/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan hari ini dengan menguat 0,25% atau 40,5 poin ke posisi Rp16.181 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau naik 0,11% ke posisi 107,74.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami penguatan. Dolar Hong Kong misalnya menguat 0,05%, dolar Singapura menguat 0,13%, dolar Taiwan menguat 0,15%, peso Filipina menguat 0,35%, rupee India menguat 0,06%, serta yuan China menguat 0,01%.
Adapun, Yen Jepang melemah 0,08%, won Korea Selatan melemah 0,23%, serta baht Thailand melemah 0,04%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada pekan ini nilai tukar rupiah masih sulit bangkit ke bawah Rp16.000 per dolar AS. Pada hari ini, Senin (23/12/2024), rupiah diproyeksikan akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.210 - Rp16.270.
Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah. Dari eksternal, The Fed memang menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin seperti yang diharapkan, namun masih mengisyaratkan akan mengambil jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat, dengan hanya dua kali penurunan pada 2025.
Baca Juga
"Pasar sebenarnya mengharapkan empat kali penurunan," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis dikutip pada Senin (23/12/2034).
Data produk domestik bruto (PDB) AS yang dirilis pada pekan ini semakin memperkuat prospek The Fed, karena ekonomi AS tumbuh pada kecepatan yang tinggi pada kuartal III/2024.
Para investor pun kini tengah menantikan rilis data indeks harga PCE, ukuran inflasi pilihan The Fed untuk mendapatkan wawasan lebih jauh mengenai prospek ekonomi AS.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga karena didukung oleh permintaan domestik serta investasi tumbuh positif pada kuartal akhir tahun ini.
Konsumsi pemerintah lebih tinggi seiring dengan kenaikan aktivitas belanja pemerintah pada akhir tahun. Sementara, konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh didorong oleh keyakinan konsumen yang terjaga.
BI sendiri menyatakan akan terus melaksanakan intervensi pasar terutama usai rupiah terus tersungkur. Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Fitra Jusdiman menyatakan pihaknya terus memantau nilai tukar rupiah secara khusus dan mata uang negara lain secara umum.
BI juga tidak pasif memantau pasar keuangan global. Oleh sebab itu, Fitra menyatakan BI selalu melakukan upaya stabilisasi secara terukur dan terus-menerus. "Antara lain melalui intervensi di spot, DNDF, dan pembelian SBN [Surat Berharga Negara] di pasar sekunder," ungkapnya kepada Bisnis pekan lalu (19/12/2024).