Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi menaikkan harga jual eceran atau HJE rokok konvensional yang akan berlaku mulai 1 Januari 2025. Kebijakan itu akan berdampak kepada pabrikan rokok Sampoerna (HMSP), Marlboro, Djarum, hingga Gudang Garam (GGRM).
Kenaikkan harga jual tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 97/2024 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau Berupa Sigaret, Cerutu, Rokok Daun atau Klobot, dan Tembakau Iris.
“Untuk mengendalikan konsumsi hasil tembakau, melindungi industri hasil tembakau yang padat karya yang proses produksinya menggunakan cara lain daripada mesin, dan optimalisasi penerimaan negara,” tulisnya, dikutip pada Jumat (13/12/2024).
Sri Mulyani menuliskan bahwa peraturan terkait rokok tersebut perlu diubah dan disempurnakan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di bidang tarif cukai hasil tembakau.
Pemerintah sebelumnya telah mengumumkan bahwa tidak akan menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang seharusnya dilakukan penyesuaian pada tahun depan.
Sebagai gantinya, pemerintah hanya akan menaikkan HJE sementara tarif cukai produk tembakau tersebut tetap sama.
Baca Juga
Menilik lampiran beleid yang diteken pada 12 Desember 2024, tercatat tidak semua jenis rokok mengalami kenaikan harga jual.
Hanya rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Putih Tangan (SPT), Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF), dan Sigaret Putih Tangan Filter (SPTF) yang mengalami kenaikan HJE.
Kenaikan tertinggi secara persentase pada jenis SKT atau SPT Golongan II dan III yang masing-masing naik 15,03% dan 18,62%. Di mana harganya masing-masing naik dari Rp865 per batang atau gram menjadi Rp995 dan dari Rp725 menjadi Rp860.
Sementara Sigaret Kelembak Kemenyan (KLM), Rokok Daun atau Klobot (KLB), Tembakau Iris (TIS), dan Cerutu (CRT) tidak mengalami kenaikan harga jual.
Berikut daftar harga jual eceran (HJE) rokok 2025 (per batang atau per gram)
Jenis | Golongan | HJE 2024 | HJE 2025 |
---|---|---|---|
SKM | I | Paling rendah Rp2.260 | Paling rendah Rp2.375 |
II | Paling rendah Rp1.380 | Paling rendah Rp1.485 | |
SPM | I | Paling rendah Rp2.380 | Paling rendah Rp2.495 |
II | Paling rendah Rp1.465 | Paling rendah Rp1.565 | |
SKT atau SPT | I | Lebih dari Rp1.980 | Lebih dari Rp2.170 |
Paling rendah Rp1.375 sampai dengan Rp1.980 | Paling rendah Rp1.555 sampai dengan Rp2.170 | ||
II | Paling rendah Rp865 | Paling rendah Rp995 | |
III | Paling rendah Rp725 | Paling rendah Rp860 | |
SKTF atau SPTF | tanpa golongan | Paling rendah Rp2.260 | Paling rendah Rp2.375 |
KLM | Paling rendah Rp950 | Paling rendah Rp950 | |
Paling rendah Rp200 | Paling rendah Rp200 | ||
TIS | tanpa golongan | Lebih dari Rp275 | Lebih dari Rp275 |
Lebih dari Rp180 sampai dengan Rp275 | Lebih dari Rp180 sampai dengan Rp275 | ||
Paling rendah Rp55 sampai dengan Rp180 | Paling rendah Rp55 sampai dengan Rp180 | ||
KLB | tanpa golongan | Paling rendah Rp290 | Paling rendah Rp290 |
CRT | tanpa golongan | Lebih dari Rp198.000 | Lebih dari Rp198.000 |
Lebih dari Rp55.000 sampai dengan Rp198.000 | Lebih dari Rp55.000 sampai dengan Rp198.000 | ||
Lebih dari Rp22.000 sampai dengan Rp55.000 | Lebih dari Rp22.000 sampai dengan Rp55.000 | ||
Lebih dari Rp5.500 sampai dengan Rp22.000 | Lebih dari Rp5.500 sampai dengan Rp22.000 | ||
Paling rendah Rp495 sampai dengan Rp5.500 | Paling rendah Rp495 sampai dengan Rp5.500 |
Sumber: Kemenkeu, diolah
Kinerja HMSP dan GGRM Kuartal III/2024
Seiring dengan rencana kenaikan harga jual rokok eceran tersebut, dua emiten rokok terbesar di Bursa Efek Indonesia yakni PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) tercatat kompak megalami penurunan laba bersih sepanjang kuartal III/2024.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 30 September 2024, HMSP mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,22 triliun. Torehan laba itu susut cukup lebar 15,8% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp6,2 triliun.
Padahal, HMSP memperoleh penjualan bersih alias pendapatan Rp88,48 triliun pada September 2024, naik tipis 1,34% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Penjualan bersih HMPS mayoritas berasal dari sigaret kretek mesin (SKM) yang sebesar Rp50,51 triliun, melambat dari posisi Rp53,40 triliun pada September 2023. Kinerja SKM Sampoerna ini menyumbang 57,09% terhadap total pendapatan.
Selanjutnya, segmen sigaret kretek tangan (SKT) yang sebesar Rp29,46 triliun, naik dari posisi Rp25,66 triliun. Sisa penjualan lainnya berasal dari segmen sigaret putih mesin, sigaret putih tangan, dan penjualan lainnya serta kinerja ekspor.
Pada saat bersamaan, beban pokok penjualan tumbuh lebih tinggi menjadi Rp74,70 triliun, naik 2,54% YoY. Dari jumlah beban itu, beban pita cukai atas barang yang diproduksi Grup Sampoerna menyumbang Rp49,27 triliun, tumbuh tipis 0,93% YoY.
Namun, secara rasio sumbangsih pita cukai terhadap total beban HMSP lebih rendah. Rasio pita cukai HMSP terhadap total beban pada September 2024 tercatat berada pada level 65,95%, sementara pada 9 bulan pertama 2023 berada pada 67,01% atau sebesar Rp48,81 triliun.
Emiten rokok lainnya, GGRM mencatatkan laba Rp992,20 miliar pada September 2024. Raihan laba GGRM itu turun 77,74% dari Rp4,45 triliun pada kuartal III/2023. Sebelumnya, laba GGRM sudah turun 71,85% dan 69,66% pada kuartal I dan semester 1 tahun ini.
Tekanan pada laba GGRM itu dipengaruhi oleh kinerja pendapatan yang turun hingga 9,61% pada September 2024. GGRM mencatatkan pendapatan sebesar Rp73,89 triliun, sementara periode yang sama 2023 senilai Rp81,74 triliun.
GGRM berupaya menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp66,57 triliun, turun 5,34% YoY. Rapor pendapatan dan beban itu membuat laba kotor GGRM menjadi Rp7,32 triliun, turun 35,88% YoY.
Masih dari laporan keuangan, beban pita cukai, PPN dan pajak rokok GGRM sebesar Rp55,80 triliun, naik 1,26% YoY dari posisi Rp55,10 triliun pada September 2023.
Beban pita cukai, PPN dan pajak rokok GGRM ini setara dengan 83,82% dari total beban pokok perseroan. Rasio ini meningkat jika dibandingkan periode kuartal III/2023 yang berada pada level 78,36%.
Rekomendasi Saham HMSP & GGRM
Melansir terminal Bloomberg, Rabu (20/11) dari 16 analis yang membahas saham GGRM, 9 di antaranya merekomendasikan jual untuk emiten milik Taipan Susilo Wonowidjojo ini. Sisanya, sebanyak 6 analis menyarankan hold dan hanya 1 analis merekomendasikan tahan untuk saham GGRM.
Di sisi lain, Tim Analis Maybank Sekuritas Indonesia yang sebelumnya mengulas saham-saham yang berpotensi menerima manfaat dari APBN 2025 menyebut HMSP.
Maybank menilai target pertumbuhan PDB sebesar 5,2% pada 2025 dan target defisit 2,5% masih realistis untuk dicapai.
“Hal ini seharusnya meringankan kekhawatiran pasar akan kebijakan fiskal agresif dari pemerintah yang akan datang,” tulis Tim Maybank Sekuritas.
Berdasarkan analisis Maybank, HMSP menjadi salah satu emiten yang berpotensi menerima manfaat dari anggaran 2025. Proyeksi itu sejalan dengan target pajak cukai yang kurang agresif.
Dengan asumsi target cukai lebih rendah menjadi Rp244 triliun pada 2025, Maybank menjelaskan terdapat dua kemungkinan untuk emiten rokok.
Pertama, pemerintah memperkirakan volume penjualan rokok yang rendah pada 2025 karena lemahnya daya beli dan penurunan perdagangan.
Kedua, pemerintah akan memberlakukan struktur cukai rokok yang lebih menguntungkan untuk melindungi industri dan mengurangi penjualan rokok ilegal.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.