Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kongsi garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Grup Saratoga, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) bakal mencatat peningkatan produksi nikel mixed hydroxide precipitate (MHP) efektif awal 2025, setelah sejumlah proyek ekspansi smelter HPAL ditarget commisioning akhir tahun ini.
GM Corporate Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) Tom Malik mengatakan proyek pengerjaan HPAL bersama dengan GEM lewat PT ESG New Energy Material telah mencapai tahap 85% akhir kuartal III/2024. MBMA menghimpit 60% saham di perusahaan patungan ini.
Proyek HPAL itu memiliki kapasitas produksi sebesar 30.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP. Rencananya, tahap pertama bakal memiliki kapasitas 20.000 ton MHP yang akan commisioning akhir tahun ini.
“Kapasitas menjadi 30.000 ton MHP per tahun ditargetkan commissioning pertengahan 2025,” kata Tom saat dikonfirmasi Bisnis, Rabu (13/11/2024).
Selain itu, MBMA turut memiliki 12,5% kepemilikan saham di PT Meiming New Energy Material yang telah memiliki smelter HPAL commisioning.
Adapun, pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 25.000 ton di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Proyek ini dikerjakan oleh GEM.
“Saat ini, pabrik tersebut memanfaatkan fasilitas Feed Preparation Plant [FPP] di IMIP, rencananya akan beralih ke FPP di tambang SCM setelah selesai pada pertengahan 2025,” tuturnya.
Tom mengatakan kedua smelter itu bakal beroperasi pada awal 2025. Dengan demikian, kontribusi dari peningkatan penjualan MHP nantinya bakal tercatat tahun depan untuk perseroan.
“Sementara, kemitraan MBMA dengan Brunp CATL untuk membangun pabrik HPAL dengan kapasitas terpasang 60.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP sedang dalam proses penyelesaikan rancangan laporan studi kelayakan,” kata dia.
Di sisi lain, MBMA mencatatkan laba sebesar US$20,39 juta atau sekitar Rp308,61 miliar (asumsi kurs Rp15.135 per dolar AS) untuk periode yang berakhir per 30 Juni 2024.
Torehan laba pada semester I/2024 itu melesat tajam dari posisi yang dicatatkan MBMA pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sempat rugi US$19,65 juta atau sekitar Rp297,48 miliar.
Laba bersih yang berbalik positif cukup lebar itu ditopang oleh pendapatan yang melambung ke level US$921,64 juta atau sekitar Rp13,94 triliun. Torehan pendapatan itu naik 162,78% dari posisi sebelumnya US$350,97 juta atau sekitar Rp5,31 triliun.
Pendapatan MBMA yang naik signifikan itu berasal dari penjualan pihak ketiga untuk nickel pig iron (NPI) mencapai US$479,5 juta, nikel matte sebesar US$386,7 juta dan bijih nikel limonit sebesar US$55,44 juta.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan juga ikut melambung menjadi sebesar US$858,47 juta atau setara Rp12,99 triliun.