Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus Garuda Indonesia (GIAA) Kejar Ekuitas Positif Tahun Depan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menyiapakan sejumlah strategi untuk mecapai ekuitas positif tahun depan.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menyiapakan sejumlah strategi untuk mecapai ekuitas positif tahun depan. Bisnis/Paulus Tandi Bone
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menyiapakan sejumlah strategi untuk mecapai ekuitas positif tahun depan. Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) masih membukukan ekuitas negatif yang menunjukan posisi kesulitan keuangan sampai kuartal III/2024. GIAA menargetkan memiliki ekuitas positif pada tahun depan melalui berbagai cara.

Berdasarkan laporan keuangan, GIAA membukukan ekuitas negatif sebesar US$1,41 miliar per kuartal III/2024. Ekuitas negatif tersebut menandakan bahwa utang GIAA lebih besar dari asetnya. Kondisi tersebut juga menjadi tanda bahwa perseroan sedang mengalami kesulitan keuangan.

Per kuartal III/2024 GIAA sendiri masih mempunyai jumlah liabilitas jangka pendek US$1,24 miliar melebihi aset lancarnya sebesar US$619 juta.

Seiring dengan ekuitas negatif, GIAA mendapatkan notasi khusus E dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan perseroan terus berupaya memperkuat ekuitas. Terjadi penurunan angka ekuitas negatif sejak GIAA memperoleh restrukturisasi utangnya pada tahun ini.

GIAA pun menargetkan setidaknya bisa mencatatkan ekuitas positif pada tahun depan. "Kalau ekuitas positif, optimistis tahun depan. Akan tetapi, tim akan kejar semaksimal mungkin tahun ini," ujar Irfan dalam public expose pada beberapa waktu lalu (11/11/2024).

Salah satu strategi yang dilakukan untuk mencatatkan ekuitas positif adalah dengan menjalankan berbagai kesepakatan skema sewa pesawat melalui ijarah. Skema itu dijalankan atas kesepakatan dengan berbagai lessor atau pemberi sewa.

Sebab, dengan skema tersebut, GIAA bisa mengubah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73 menjadi PSAK 107.

PSAK 73 merupakan suatu standar pembukuan, di mana transaksi sewa masuk ke dalam beban operasi. Sementara, PSAK 107 adalah standar akuntansi untuk akad ijarah yang digunakan dalam pembiayaan oleh bank syariah dan lembaga keuangan lainnya.

Menurutnya, skema ijarah yang sudah dieksekusi mengubah pencatatan dengan PSAK 107. Sejauh ini, skema ijarah yang sudah dieksekusi mencapai 10% dari transaksi sewa GIAA.

Ia berharap, ke depan terjadi pula peningkatan solvabilitas dari skema ijarah tersebut. "Kami harapkan juga dapat meningkatkan kapitalisasi pasar. Solvabilitas yang meningkat juga membuka akses perusahaan terhadap new financing," ujar Irfan.

GIAA pun terus berupaya untuk mencari kesepakatan baru dengan lessor lain dalam menjalankan skema ijarah. "Kalau semuanya sudah setuju [ijarah], ekuitas kita positif," ujar Irfan.

Seiring dengan berjalannya skema ijarah, GIAA pun telah mencatatkan laba bersih US$18,11 juta sampai dengan Oktober 2024, berbalik dari kondisi rugi US$82,86 juta per Oktober 2023.

Raupan laba GIAA itu seiring dengan pendapatan yang naik 16,12% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$2,84 miliar per Oktober 2024, dibandingkan US$2,44 miliar per Oktober 2023.

Sebelumnya, dalam laporan keuangan dijelaskan bahwa sejak semester I/2024, GIAA sebenarnya terus membukukan pertumbuhan atas fundamental bisnis didukung oleh keberhasilan dalam melakukan restrukturisasi utangnya.

GIAA juga telah meraup laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang positif sebesar US$685,81 juta.

Restrukturisasi GIAA sendiri dituangkan dalam keputusan homologasi tertanggal 27 Juni 2022, di mana GIAA memperoleh pendanaan sejumlah Rp7,5 triliun dan Rp725 miliar yang berasal dari penyertaan modal negara (PMN) dan PPA.

"Keberhasilan restrukturisasi utang dan pendanaan tambahan dari PMN, memberikan dampak positif kepada perusahaan, baik terhadap kinerja keuangan dan operasi," tulis Manajemen GIAA di laporan keuangan per kuartal III/2024.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper