Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenangan Donald Trump Berisiko Tekan Laju IHSG, Ini Penyebabnya

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS dinilai berpotensi menyebabkan kenaikan imbal hasil US Treasury dan USD dan pada akhirnya menekan laju IHSG.
Layar menampilkan debat calon presiden AS yang diselenggarakan oleh ABC antara capres dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 10 September 2024./Reuters-Evelyn Hockstein
Layar menampilkan debat calon presiden AS yang diselenggarakan oleh ABC antara capres dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 10 September 2024./Reuters-Evelyn Hockstein

Bisnis.com, JAKARTA – Potensi kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) dinilai memberikan sentimen negatif terhadap performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (6/11/2024), IHSG ditutup melemah 1,44% atau 108,06 poin menuju level 7,383,87. Koreksi saham BMRI, BBRI, BBNI, AMRT, dan ASII menjadi penekan utama indeks.

Head of Investment Eastspring Investments Indonesia Liew Kong Qian memandang bahwa pelemahan pasar dipicu oleh sentimen negatif atas potensi terpilihnya Donald Trump sebagai presiden terpilih AS.

Hasil sementara menunjukkan Trump memenangkan beberapa negara bagian kunci yang dikenal sebagai swing states. Negara bagian ini memiliki jumlah suara elektoral signifikan dan sering menjadi penentu hasil pemilu.

“Kemenangan Trump dinilai berpotensi menyebabkan kenaikan imbal hasil US Treasury dan USD akibat beberapa pendekatan kebijakan yang diantisipasi, seperti pemangkasan pajak, peningkatan belanja pemerintah, tarif dan kebijakan perdagangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/11/2024).

Di tengah sentimen itu, pasar saham berjangka AS menguat dengan imbal hasil US Treasury AS melonjak menjadi 4,41%. Adapun indeks dolar AS juga mengalami kenaikan harian tertinggi sejak Maret 2020 sebesar 1,24%, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,55% menuju posisi Rp15.832,50 per dolar AS.

Qian mengatakan pasar finansial Indonesia tidak luput dari sentimen negatif dari terpilihnya Donald Trump sebagai presiden terpilih AS, yang dianggap berpotensi menyebabkan kenaikan imbal hasil US Treasury dan USD.

“Namun, perekonomian Indonesia yang berorientasi pada konsumsi domestik akan lebih terlindungi dari dampak negatif tersebut, rasio ekspor terhadap PDB Indonesia merupakan salah satu yang terendah di kawasan Asia,” ucapnya.

Sementara itu, membaiknya stabilitas eksternal selama beberapa tahun terakhir membuat Indonesia lebih siap menghadapi potensi guncangan pasar global. Kondisi tersebut terlihat dari penurunan defisit transaksi berjalan (CAD), peningkatan cadangan devisa, dan terkendalinya tingkat utang.

Menurutnya, dalam jangka panjang, fundamental akan menjadi pendorong utama kinerja pasar finansial dan diyakini outlook perekonomian Indonesia akan tetap positif.

_________ 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper