Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Memanas, Pasar Pantau Negosiasi Gencatan Senjata Timur Tengah

Harga minyak menguat ke level US$74,83 per barrel pada perdagangan Jumat (25/10/2024), berpotensi mencatatkan kenaikan mingguan lebih dari 1%.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. / Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. / Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak terpantau menguat pada perdagangan Jumat (25/10/2024) dan berpotensi mencatatkan kenaikan mingguan lebih dari 1% di tengah ketegangan di wilayah Timur Tengah, dan dimulainya kembali perundingan gencatan senjata di Gaza, Palestina dalam beberapa hari mendatang yang masih membuat para pedagang gelisah.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik 0,6% atau 45 sen menjadi US$74,83 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level US$70,62 per barel, juga menguat 0,6% atau 43 sen.

“Kami tetap berpandangan bahwa harga yang tepat untuk minyak mentah saat ini adalah sekitar US$70 dibandingkan harga saat ini, sambil menunggu pendorong harga baru, termasuk hasil pertemuan Komite Tetap NPC China serta tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober," jelas Analis pasar IG Tony Sycamore mengatakan dalam sebuah catatan, mengacu pada harga WTI.

Kedua harga acuan tersebut turun 58 sen per barel pada sesi sebelumnya setelah harga berfluktuasi terhadap ekspektasi meningkatnya atau berkurangnya ketegangan di Timur Tengah.

Pelaku pasar sedang menunggu tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober yang mungkin melibatkan serangan terhadap infrastruktur minyak Teheran dan mengganggu pasokan—meskipun laporan mengatakan Israel akan menyerang sasaran militer Iran, bukan menargetkan infrastruktur nuklir atau minyak.

Para pejabat AS dan Israel akan memulai kembali pembicaraan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera di Palestina dalam beberapa hari mendatang. Upaya sebelumnya untuk mencapai kesepakatan telah gagal.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Kamis bahwa AS tidak ingin kampanye Israel berlarut-larut di Lebanon, sementara Prancis menyerukan gencatan senjata dan fokus pada diplomasi.

Pembicaraan gencatan senjata mempunyai dampak negatif yang kecil terhadap harga minyak, kata Sycamore, seraya menambahkan bahwa fokusnya lebih pada konflik di Lebanon dan potensi tanggapan Israel terhadap Iran.

Investor juga mengamati kejelasan kebijakan stimulus Beijing, meskipun para analis memperkirakan langkah-langkah tersebut tidak akan memberikan dorongan besar terhadap permintaan minyak dari China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper