Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur 15-16 Oktober 2024. Meski begitu peluang penurunan lanjutan suku bunga acuan BI berpotensi mengerek pasar saham, terutama saham-saham perbankan.
Sebagaimana diketahui, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 15—16 Oktober 2024.
Di lantai bursa, kinerja saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kompak moncer.
Pada akhir perdagangan Kamis (17/10/2024), saham BBRI naik 0,61% ke level Rp4.980, BBCA naik 2,39% ke level Rp10.725, BMRI menguat 3,21% ke level Rp7.225, dan BBNI naik tipis 0,46% ke level Rp5.500 per saham.
Di sisi lain, saham PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) terbang 34,68% ke level Rp167 pada perdagangan hari ini. Lonjakan harga saham itu menjadikan saham DNAR sebagai top gainers di atas kinerja saham PT Nusantara Almazia Tbk. (NZIA) dan PT Pelangi Indah Canindo Tbk. (PICO) yang masing-masing melambung 33,78% dan 21,54%.
Chief Economist & Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan kebijakan moneter sudah mulai melonggar sejak September 2024 yang ditandai dengan penurunan suku bunga BI Rate sebesar 25 basis poin.
Meski demikian BI masih melihat adanya risiko volatilitas pasar sehingga pada RDG bulan ini BI memutuskan untuk menahan BI Rate. Dengan asumsi bahwa rupiah akan menguat dalam jangka menengah, dia menilai masih terdapat ruang penurunan suku bunga lebih lanjut.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia sendiri memproyeksikan BI Rate akan turun 50 basis poin sepanjang 2024 ke level 5,75%. Kemudian, tahun depan itu akan BI Rate berpotensi diturunkan lagi 75 basis poin ke level 5%.
Menurut Rully, dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pinjaman juga akan turun serta memacu belanja konsumen dan investasi. Penurunan suku bunga di dalam negeri juga memberikan ruang bagi pasar modal untuk menguat lebih lanjut.
Adapun, di antara saham yang akan terkerek di tengah monentum pelonggaran kebijakan moneter BI adalah saham perbankan.
"Sektor perbankan ini sebenarnya kalau kita lihat selama ini juga kinerjanya masih cukup baik, di tengah apakah inflasi naik maupun suku bunga naik, tetap ada potensi juga," ujar Rully dalam acara Media Day pada Kamis (17/10/2024).
Sementara itu, seiring dengan laju penurunan suku bunga, sentimen positif kepada sektor perbankan kian kuat.
"Penurunan suku bunga ini seharusnya dengan kondisi likuiditas yang mencukupi, perbankan bisa mulai menurunkan dari sisi biaya dana atau cost of fund, dari sisi profitabilitas pun membaik," tutur Rully.
Sebelumnya, Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan saham perbankan blue chips memang tetap menjadi pilihan saat pasar sudah membaik.
"Selain itu, sektor yang bakal menarik minat di tengah sentimen positif atas penurunan tingkat suku bunga yaitu properti dan infrastruktur," jelas Sukarno pada beberapa waktu lalu.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.