Bisnis.com, JAKARTA — Penggalangan dana melalui aksi korporasi rights issue atau penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) hingga kuartal III/2024 cenderung sepi dibandingkan tahun lalu. Bagaimana proyeksi trennya pada akhir tahun ini?
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga kuartal III/2024 atau akhir September 2024, telah terdapat 11 aksi penawaran umum terbatas atau right issue dengan nilai penggalangan dana yang terkumpul mencapai Rp36,3 triliun.
Apabila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, aksi penggalangan dana melalui right issue mengalami penurunan. OJK mencatat, hingga kuartal III/2023 atau akhir September 2023 telah terdapat 19 aksi right issue dengan nilai penggalangan dana mencapai Rp37 triliun.
Adapun, hingga akhir Desember 2023 atau sepanjang tahun lalu telah terdapat 25 aksi right issue dengan nilai penggalangan dana yang terhimpun mencapai Rp56,18 triliun.
Meski begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan pada tahun ini penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif.
"Masih terdapat 127 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp53,80 triliun," ujarnya pada beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Di sisi lain, khusus aksi right issue, hanya terdapat empat aksi penawaran umum terbatas dalam pipeline dengan nilai indikatif Rp1,93 triliun.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan penerbitan right issue pada tahun ini atau setidaknya hingga kuartal III/2024 cenderung lebih lesu dibandingkan tahun lalu karena pasar masih wait and see seiring dengan dinamika politik dalam negeri.
Adapun, untuk akhir tahun ini menurutnya gelaran aksi right issue akan didorong oleh sejumlah sentimen, salah satu sentimen datang dari kebijakan suku bunga longgar The Fed dan Bank Indonesia (BI).
"Ini [penurunan suku bunga acuan] akan memberikan sentimen positif bagi market, sehingga memperkuat likuiditas market. Jadi, kalau ada aksi korporasi akan cenderung lebih ramai, karena pada intinya menyambut positif era kebijakan suku bunga rendah," ujar Nafan.
Di sisi lain, menurutnya penerbitan right issue mempertimbangkan rencana bisnis emiten, seperti ekspansi. "Emiten-emiten masih berkomitmen meningkatkan kinerja fundamentalnya ke depan. Jadi [right issue] akan semakin memeriahkan capital market di Tanah Air," ujarnya.
Sebelumnya telah terdapat deretan emiten yang menjalankan aksi right issue pada pertengahan tahun ini. PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) misalnya menjalankan aksi right issue atau PMHMETD VII sebanyak 1,31 miliar dengan nilai nominal saham baru Rp100.
Harga pelaksanaan sebesar Rp300 per lembar sehingga seluruhnya berjumlah senilai Rp393,5 miliar yang berasal dari saham portepel perseroan dan akan dicatatkan di BEI.
PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) menggelar PMHMETD VI kepada para pemegang saham alias rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 11,7 miliar saham baru.
Adapun, ke depan, emiten milik Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Land Tbk. (KPIG) bersiap untuk menggelar aksi right issue maksimal 8,86 miliar lembar.
Aksi korporasi ini akan dilakukan dengan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 10% saham dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor MNC Land. Right issue dilakukan untuk mendanai proyek KEK Lido.
Perusahaan bengkel pesawat milik Grup Garuda Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) juga bersiap menjalankan aksi right issue sebanyak-banyaknya 11,73 miliar lembar saham Seri B. Sebelum menggelar right issue, GMFI akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) terlebih dahulu bulan ini.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.