Bisnis.com, JAKARTA - Prospek rights issue ke depan disinyalir masih akan menarik, tetapi analis menilai ada sejumlah catatan yang perlu diperhatikan.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa tujuan, rasio dan harga, yang akan menentukan seberapa menarik rights issue.
Dia mengatakan bahwa rights issue memang menjadi pilihan untuk mendapatkan pendanaan, tetapi tentu tidak serta merta setiap pendanaan langsung menarik perhatian.
"Semua akan kembali kepada tujuan dari rights issue tersebut dan tentu saja rasio serta harganya. Apakah menarik atau tidak untuk kita koleksi," katanya, Rabu (25/9/2024).
Dia menjelaskan meskipun saat ini tingkat suku bunga mulai mengalami penurunan, tentu hal itu bukan berarti tingkat suku bunga pinjaman langsung ikut mengalami penurunan.
Menurutnya, dibutuhkan masa transisi selama 3-6 bulan hingga tingkat suku bunga pinjaman mengalami penurunan.
Baca Juga
Selain itu, dia menjelaskan apabila dibandingkan dengan penerbitan obligasi, meskipun tingkat suku bunga mengalami penurunan bukan berarti penerbitan obligasi menjadi lebih murah.
Pasalnya, Nico mengungkap bahwa obligasi juga harus diperingkat terlebih dahulu untuk menentukan besaran bunga obligasi.
"Penurunan tingkat suku bunga, kupon menjadi jauh lebih kecil. Namun, dengan level tingkat suku bunga yang ada saat ini, dapat kita katakan tingkat suku bunga masih tinggi, sehingga dapat dikatakan [obligasi] tidak begitu menarik," ujarnya.
Kemudian, dia mengatakan bahwa untuk ke depannya rights issue ini masih menarik, tetapi tentu dengan catatan.
Dia menjelaskan bahwa semua mungkin akan berubah pada tahun depan apabila tingkat suku bunga Bank Indonesia dan The Fed dapat turun lebih dalam, sehingga tingkat suku bunga pinjaman menjadi salah satu alternatif yang lebih cepat.
Untuk diketahui, berdasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI), rights issue merupakan saham yang diterbitkan perusahaan untuk meningkatkan modal usaha. Rights issue merujuk pada penerbitan saham baru yang akan memperbanyak saham yang beredar di pasar.
BEI mencatat terdapat 24 emiten berada dalam antrean atau pipeline untuk menggelar rights issue per 20 September 2024.
"Masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna lewat keterangan tertulis, dikutip Senin (23/9/2024).
Sebagian besar emiten dalam antrean rights issue tersebut berasal dari perusahaan di sektor consumer cylicals dan finansial.