Bisnis.com, JAKARTA – Era penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia bakal menjadi katalis positif bagi kinerja emiten di sektor telekomunikasi dan menara.
Pada pekan lalu, The Fed dan Bank Indonesia (BI) kompak menurunkan tingkat suku bunga acuan masing-masing sebesar 50 dan 25 basis poin. Pemangkasan ini membuat suku bunga The Fed berada di kisaran 4,75% – 5%, sedangkan BI rate sebesar 6%.
Senior Equity Analyst Sinarmas Sekuritas Yosua Zisokhi mengatakan rezim suku bunga murah berdampak positif terhadap sektor telko dan menara karena cost of fund menjadi rendah.
“Dengan kemungkinan penurunan suku bunga di pertemuan BI dan The Fed mendatang, cost of fund mereka akan lebih rendah sehingga laba bersih semakin bagus dan memudahkan ekspansi,” ujarnya dalam diskusi daring, Selasa (24/9/2024).
Untuk telko, Yosua menuturkan sektor ini terlihat sehat dengan jumlah pelanggan yang cenderung meningkat. Tecermin dari laporan paruh tahun yang memperlihatkan kenaikan pelanggan di hampir semua operator, termasuk ISAT, EXCL, dan TLKM.
Kenaikan pelanggan turut sejalan dengan pendapatan rata-rata per pengguna atau ARPU yang berada dalam tren meningkat. Namun, hal ini mengecualikan TLKM, yang cenderung mengalami penurunan dari sisi ARPU lantaran merilis Telkomsel Lite.
Baca Juga
“Secara keseluruhan ini adalah sentimen yang cukup positif bagi industri telko, di mana terlihat ketika pelanggan naik, tetapi ARPU juga bisa ikut naik. Ini menandakan kompetisi berjalan cukup sehat, tidak ada perang harga,” ucap Yosua.
Dari sisi pangsa pasar, hingga kuartal II/2024, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mengalami kenaikan market share pendapatan dari 24% menjadi 27% setelah merger. Menandakan ekspansi yang berjalan cukup solid.
Sementara itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) secara grup masih menguasai hampir 50% pangsa pasar sektor telko. Selebihnya, kue tersebut terbagi ke sejumlah emiten lainnya seperti PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).
Sinarmas Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk TLKM dengan target harga di level Rp3.450 per saham. Rekomendasi serupa turut diberikan kepada ISAT dan EXCL dengan target harga masing-masing sebesar Rp12.800 dan Rp2.800 per saham.
Untuk sektor menara, Yosua memandang permintaan terhadap penyewaan menara akan meningkat di tengah keberlanjutan suku bunga rendah. Kondisi tersebut juga berpeluang meningkatkan laba bersih emiten menara ke depan.
“Kami masih overweight untuk perusahaan menara. Mungkin TOWR menjadi yang paling utama, lalu kedua adalah MTEL dan TBIG ketiga karena valuasinya yang lebih mahal dibandingkan dengan [emiten] yang lain,” pungkasnya.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.