Bisnis.com, JAKARTA - Arus modal asing (capital inflow) dalam bentuk ekuitas dan obligasi Indonesia pada beberapa bulan terakhir telah mengalir cukup deras. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan arus dana asing itu akan makin deras pada akhir tahun didorong oleh sejumlah faktor.
Tercatat, investor asing telah meningkatkan eksposur mereka terhadap aset Indonesia secara signifikan. Pada Agustus 2024, Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara di Asia yang menarik arus masuk bersih melalui ekuitas, obligasi, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pasar ekuitas Indonesia mencatat pembelian asing sebesar US$1,8 miliar, tertinggi sejak April 2022. Kemudian, arus masuk obligasi melonjak sebesar US$2,5 miliar ke level tertinggi sejak Januari 2023.
Sepanjang Agustus, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menerbitkan beberapa obligasi yang menarik minat banyak investor.
Fixed Incomed Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Karinska Salsabila Priyatno mengatakan meningkatnya minat investor terhadap aset Indonesia didorong oleh beberapa faktor.
Terjadi selisih imbal hasil antara obligasi Pemerintah Indonesia dan obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang melebar menjadi 290 basis poin.
Baca Juga
"Sehingga membuat surat utang Indonesia lebih menarik," tulis Karinska dalam risetnya pada Selasa (10/9/2024).
Selain di pasar obligasi, pembelian melalui pasar saham juga cukup marak dengan catatan nilai pembelian asing atau net foreign buy sebesar Rp28,8 triliun sepanjang Agustus 2024.
Ke depan, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan arus dana asing masih akan mengalir deras. "Kami tetap meyakini bahwa arus masuk yang kuat ke Indonesia akan tetap terlihat hingga akhir tahun 2024," tuturnya.
Proyeksi tersebut didukung oleh disiplin fiskal Indonesia yang kuat. Kemudian, meskipun kekhawatiran tentang depresiasi rupiah telah mereda, pasar tetap berhati-hati terhadap pemerintahan yang akan datang di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Di sisi global, ketidakpastian pemilu AS dan potensi ketegangan geopolitik masih dapat membebani sentimen terhadap pasar Indonesia.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.