Bisnis.com, JAKARTA — Isu ekonomi berkelanjutan terus menggema sejalan dengan penyelenggaraan Indonesia Sustainability Forum 2024. Sejumlah emiten pun pamer perkembangan inisiatif sustainability, mulai dari PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), hingga PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR).
International Sustainability Forum (ISF) 2024 digelar sebagai wadah pertemuan, bagi para pejabat dunia di berbagai sektor dan negara untuk bertukar pikiran dan mencari solusi terbaik untuk menghadapi perubahan iklim.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan sustainable businesses menjadi kunci ke masa depan. Dia mendorong para pelaku industri, baik yang berskala besar hingga UMKM, untuk merancang bisnis model yang berkelanjutan.
Menurut Arsjad, ISF 2024 dapat memperkenalkan berbagai modal Indonesia tersebut kepada dunia sehingga menarik investor masuk ke dalam negeri.
Dari skala bisnis raksasa, emiten konsumer Grup salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) terus mendorong penggunaan energi terbarukan di seluruh unit operasional perusahaan.
Direktur Indofood Franciscus Welirang menyampaikan perusahaan mengintegrasikan keberlanjutan dalam seluruh aspek kegiatan bisnis operasional.
Indofood berpartisipasi secara aktif untuk melakukan mitigasi terhadap risko-risiko yang berkaitan dengan perubahan iklim melalui upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilakukan secara terpadu.
Beragam upaya yang ditempuh oleh INDF dalam pengurangan emisi GRK a.l. efisiensi energi, memperbanyak pengunaan sumber energi terbarukan, implementasi perkebunan berkelanjutan dan penyerapan karbon kumulatif melalui konservasi tanaman bakau.
“Saat ini untuk mendukung kegiatan bisnis di seluruh unit operasional, Indofood menggunakan lebih dari 65% energi terbarukan yang berasal dari panel surya dan biomassa,” paparnya dalam keterangan resmi dikutip Senin (9/9/2024).
Tidak hanya itu, lanjutnya, Indofood juga berkomitmen untuk menggunakan air secara efisien dan bertanggung jawab. Salah satu upayanya ialah dengan melakukan penilaian risiko air untuk mengidentifikasi risiko kelangkaan air pada unit operasional dan juga secara berkala melakukan penilaian untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air.
“Kami juga menerapkan sistem seawater reverse osmosis [SWRO] untuk menurunkan pengunaan air tanah,” jelas Franciscus.
Sektor Agribisnis Pacu Keberlanjutan
Di sektor agribisnis, INDF menegaskan komitmen untuk menjalankan perkebunan berkelanjutan dengan penerapan kebijakan yang kuat terhadap larangan deforestasi, konservasi area Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) dan Stok Karbon Tinggi (SKT), larangan pembakaran dan larangan penanaman di area gambut dengan berapapun kedalamannya.
Sementara itu, Executive Director Golden Agri Resources Jesslyne Widjaja mengatakan bahwa Indonesia selama ini telah berupaya mengurangi emisi dengan meluncurkan Biodiesel 35.
"Itu [Biodiesel 35] adalah 100% berbasis kelapa sawit, menghasilkan 12 juta ton volume biodiesel, mengurangi 30 juta ton emisi gas rumah kaca," katanya, saat Panel Session, di Indonesia Internasional Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta Convetion Center (JCC), pada Kamis (5/9/2024).
Bergulirnya kebijakan B35 dinilai ikut menghemat devisa negara sebesar Rp160 triliun karena campuran CPO dalam biodiesel mengurangi impor bahan bakar fosil ke Indonesia.
Dia memprediksi bahwa permintaan untuk Biodiesel 35 ini mungkin akan meningkat di masa depan, karena orang-orang beralih ke kendaraan listrik.
Tak hanya untuk transportasi darat, dia mengatakan bahwa minyak kelapa sawit juga dapat memainkan peran yang lebih luas dalam bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan.
Selain B35, lanjutnya, Sinar mas Agro juga mendorong penggunaan bahan bakar dengan sumber energi terbarukan, seperti biomassa, dalam operasional perseroan.
"Sebagai contoh, dalam operasi kami saja di Sinar Mas Agro, kami dapat menghasilkan 17 juta ton biomassa yang mampu menghasilkan hingga 1 Giga Watt kapasitas listrik, yang akan menghasilkan 3,5 juta ton pengurangan emisi gas rumah kaca," ucapnya.
Kontribusi Menuju Target NZE
Sementara itu, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BBNR) memacu pengembangan produksi bus listrik untuk mendukung Indonesia mencapai target net zero emission (NZE).
Direktur Utama Bakrie & Brothers Anindya Bakrie mengatakan ada banyak bentuk kontribusi korporasi untuk mendukung pencapaian net zero emission. Dia mendorong untuk memulainya dengan elektrifikasi di transportasi, khususnya bus listrik.
“Energi terbarukan, bio-energi, mari kita mulai dengan elektrifikasi. Bahkan lebih fokus lagi pada transportasi umum,” katanya dalam paparan di ajang Indonesia Internasional Sustainability Forum (ISF) 2024, Jumat (6/9/2024).
Menurut Anindya, sektor transportasi bisa dipacu lebih dulu mengingat posisinya sebagai kontributor utama emisi karbon. Secara global, kendaraan bermotor tercatat bertanggung jawab atas sekitar 75% emisi transportasi.
Meski ada banyak cara untuk mencapai net zero emission, dia mengatakan elektrifikasi pada transportasi dapat membuka jalan untuk meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia dari US$5.000 per kapita menjadi US$23.600 per kapita pada 2045.
“Kami memulai dari nol pada 6 tahun yang lalu. Kami mengatakan bahwa kami ingin terlibat dalam dekarbonisasi ini. Mari kita fokus pada elektrifikasi,” ujarnya.
Tak hanya mengimpor bus listrik hasil kerja sama dengan pabrikan asal China BYD, BNBR juga memproduksi bus dan kami sedang memulai pabrik yang hampir selesai dibangun di Magelang.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan keinginan perseroan untuk bisa ekspor bus listrik guna membantu negara lain agar bisa mencapai status net zero emission, dan pembicaraan ini sudah dimulai saat ini.
Anindya mencontohkan apabila semua bus di Jakarta menggunakan tenaga listrik, maka diperlukan sebanyak 10.000 bus listrik. Jumlah itu akan menjadi bus listrik terbanyak di dunia.
Di sektor pertambangan, inisiatif berkelanjutan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) salah satunya dilakukan dengan program reklamasi lahan ex-tambang. Selain itu, INCO juga menerapkan energy mixed dalam bahan bakar untuk keperluan operasional perseroan.
Direktur sekaligus Chief Sustainibility and Corporate Affairs Officer INCO, Bernardus Irmanto mengatakan bahwa hal itu dilakukan INCO agar dapat mewujudkan operasi pertambangan yang berkelanjutan.
Reklamasi lahan bekas tambang tersebut telah dilakukan INCO untuk memulihkan 67% area ex-tambang.
"Jadi, sejauh ini kita membuka, tetapi kita sebenarnya merehabilitasi tiga kali lipat dari yang telah kami buka,” katanya, saat panel session di Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di JCC, pada Kamis (5/9/2024).
Dia menjelaskan bahwa masalah yang terjadi di sektor pertambangan, di antaranya deforestasi, pencemaran terhadap kualitas air, serta kerusakan keanekaragaman hayati. Menurutnya, hal itu dapat diminimalisir dengan adanya inisiatif dari masing-masing perusahaan pertambangan, untuk melakukan langkah pemulihan.
Di sektor EBT, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) terus mempercepa pengembangan energi panas bumi sebagai tulang punggung transisi energi nasional yang merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi.
Direktur Utama PGEO Julfi Hadi juga menekankan perseroan memiliki pengalaman puluhan tahun mengelola Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang operasi sendiri sebesar 672,5 MW dengan target peningkatan menjadi 1 GW dalam 2 tahun ke depan.
“PGE bisa menjadi penggerak dan pemimpin karena kami memiliki kapasitas dan potensi cadangan yang besar untuk dikembangkan,” ujarnya.
Entitas usaha PT Pertamina (Persero) itu memiliki potensi cadangan panas bumi sekitar 3 GW di 10 WKP yang dikelola sendiri, termasuk lebih dari 1 GW yang sudah terbukti. Potensi ini menjadikan PGE sebagai salah satu pemain utama dalam sektor energi terbarukan di Indonesia.
Sejalan dengan komitmen terhadap pengembangan panas bumi, Julfi Hadi menyatakan pentingnya kolaborasi berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan investasi di sektor panas bumi semakin menarik sehingga dapat berperan lebih besar tak hanya mendukung tetapi juga memimpin transisi energi nasional.