Bisnis.com, JAKARTA — Emiten rokok milik konglomerat keluarga Wonowidjojo PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) memaparkan sederet pertimbangan yang mempengaruhi keputusan dividen perseroan pada 2023 dan 2024.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman mengatakan perseroan tidak membagikan dividen tahun buku 2023 lantaran suku bunga acuan yang naik pada akhir tahun lalu hingga paruh pertama tahun ini. Di sisi lain, perekonomian Amerika Serikat (AS) belum menunjukkan arah yang jelas.
“Kita juga menyadari kondisi keuangan ke depan, termasuk yang sangat dipengaruhi kondisi Amerika Serikat itu masih gonjang ganjing, tidak menunjukkan arah yang jelas, diperkirakan turun tidak turun, diperkirakan naik tidak naik,” kata Heru saat public expose daring, Kamis (29/8/2024).
Lewat keputusan itu, kata Heru, GGRM relatif bisa mengantisipasi dampak dari eksposur selisih mata uang asing dari kemungkinan naiknya porsi pinjaman setelah pembagian dividen untuk tahun buku 2023.
Di sisi lain, dia menambahkan perseroan memilih untuk menggunakan seluruh laba saat itu untuk menambah modal perseroan. Dengan demikian, potensi rasio utang bisa ditekan. Apalagi, saat ini pendapatan perseroan relatif terkontraksi akibat penurunan daya beli masyarakat.
“Kalau suku bunga naik itu akan bisa jadi kendala. Kalau memang tahun ini yang sampai saat ini belum menunjukkan penurunan tapi akan turun, sudah bagi dividen, utang naik, bunga naik, itu kartu mati,” katanya.
Seperti diketahui, keputusan absen bagi dividen tahun buku 2023 diambil perseroan lewat hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024 pada 28 Juni 2024 lalu.
Setelah mengumumkan tidak membagi dividen, saham GGRM landai dan berada pada Rp17.400 per lembar pada penutupan pasar, Selasa (2/7/2024). Harga saham GGRM itu turun 16,35% jika dibandingkan posisi awal tahun 2024 (year-to-date/YtD).
Pasar merespons negatif terhadap sejumlah kinerja fundamental emiten rokok dengan kapitalisasi Rp33,53 triliun ini.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Rabu (31/7/2024), Gudang Garam membukukan pendapatan Rp50,01 triliun per akhir Juni 2024. Realisasi itu turun 10,44% year-on-year (YoY) dari Rp55,85 triliun periode yang sama tahun lalu.
Gudang Garam membukukan laba bersih Rp925,51 miliar pada semester I/2024. Realisasi itu mencerminkan penurunan 71,85% dari Rp3,28 triliun periode Januari 2023 hingga Juni 2023.
Pada saat yang sama, GGRM menggenggam saldo laba yang belum dicadangkan sebesar Rp60,6 triliun pada akhir semester I/2024 atau lebih tinggi dari Rp59,68 triliun pada akhir 2023.