Bisnis, JAKARTA— IHSG yang terus mencetak rekor baru menjadi tanda bahwa pasar modal di Indonesia cukup potensial sebagai wadah investasi.
Reli IHSG hingga perebutan dana di surat utang menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id edisi Selasa (27/8/2024). Berikut berita selengkapnya:
1. Tanda Pasar Modal RI sebagai Wadah Investasi Potensial
Indeks harga saham gabungan (IHSG) tengah berada di dalam reli yang positif. Selama bulan Agustus, indeks komposit terus-terusan mencetak rekor baru atau all-time high (ATH).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat IHSG dan kapitalisasi pasar saham masing-masing di posisi 7.544,59 atau tumbuh 3,73% year-to-date (YtD) dan Rp12.782 triliun (tumbuh 9,47%) pada 21 Agustus.
Dari sisi penghimpunan di pasar modal, OJK telah memberikan pernyataan efektif terhadap 134 pendaftaran penawaran umum.
Dari jumlah itu, nilai penawaran umum telah mencapai Rp133,12 triliun atau 66,56% dari target yang ditetapkan otoritas sepanjang tahun ini yaitu Rp200 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan bahwa hal tersebut menjadi bukti kinerja pasar modal Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif.
Di saat yang sama, investor pasar modal terus bertumbuh. Hingga 22 Agustus 2024, OJK mencatat telah mencapai 13,56 juta atau meningkat 11,49% sepanjang tahun berjalan.
2. Menebas Aral Kinerja Lesu Ekspor Minyak Sawit
Pemerintah mulai mencari cara meningkatkan kembali kinerja ekspor minyak sawit mentah tahun ini. Selain rencana penyesuaian bea keluar dan pungutan ekspor, produk unggulan ini masih menghadapi tekanan di pasar global.
Laporan Badan Pusat Statistik mendatapati bahwa ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan signifikan dari US$2,18 miliar pada Juni menjadi US$1,39 miliar pada Juli 2024 atau anjlok sekitar 36,37% secara bulanan dan 39,22% secara tahunan.
Kinerja lesu minyak sawit mentah disebabkan oleh turunnya permintaan dari sejumlah negara utama seperti India dan China. Ekspor ke India misalnya turun 59,31% (mtm) dan turun 67,50% (YoY).
Begitupun ekspor CPO dan turunannya ke China juga merosot -49,56% (mtm) dan turun 30,04% (YoY). Lesunya pengiriman juga terjadi ke Pakistan juga turun 17,78% (mtm), turun 18,62% (YoY).
Dari sisi produksi, total volume ekspor CPO dan turunannya pada Juli 2024 tercatat sebanyak 1,62 juta ton. Realisasi ini merosot sekitar 1 juta ton dibandingkan volume ekspor bulan sebelumnya sebanyak 2,67 juta ton.
Guna menggairahkan kembali ekspor, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui perlunya penyesuaian besaran bea keluar (BK) dan pungutan ekspor (PE) di tengah melemahnya permintaan komoditas tersebut di pasar global.
3. Manuver Gesit Pertamina NRE Raih Proyek Jumbo Rendah Emisi
PT Pertamina New Renewable Energy (NRE) terus bermanuver mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan terdepan dalam hal transisi energi dan bisnis rendah emisi dengan memperluas cakupan kerja sama di proyek-proyek jumbo energi terbarukan.
Tak hanya di dalam negeri, subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus menggarap bisnis energi bersih perusahaan migas pelat merah itu juga merambah negara lain untuk melakukan kerja sama yang lebih luas dalam skala global.
Fadli Rahman, Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina NRE, mengatakan bahwa di dalam negeri terdapat sejumlah proyek jumbo rendah emisi yang sudah mulai beroperasi dan menguntungkan perusahaan. Beberapa kerja sama yang saling menguntungkan perusahaan dan mitra juga sudah dilakukan.
“Kami sudah kerja sama dengan Pertamina Group. Kami juga kerja sama dengan PLN, PT PLN Nuasantara Power dan PT PLN Indonesia Power,” ujar Fadli, belum lama ini.
Secara terperinci dia menjelaskan bahwa Pertamina NRE telah menjalin kerja sama dengan PT Pertamina Kilang Internasional (KPI) untuk membangun beberapa proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Semua kilang Pertamina ke depannya akan dibangun PLTS dengan kapasitas bervariasi untuk memenuhi kebutuhan listrik kilang perseroan.
Selain di kilang, Pertamina NRE juga menjalin kerja sama dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk membangun PLTS di wilayah kerja (WK) hulu migas perusahaan, salah satunya adalah proyek PLTS berkapasitas 25 MW di WK Rokan, Riau.
4.Pacu Kredit Konsumsi, Bank Gunakan Amunisi Kartu Kredit & Paylater
Kalangan perbankan mengeluarkan amunisi berupa kartu kredit dan paylater untuk menjaga momentum kinerja penyaluran kredit konsumsi.
Berdasarkan Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit konsumsi sebesar Rp2.108,1 triliun atau naik 10,6% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Juli 2024. Pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi ini lebih tinggi dari realisasi pada Mei dan Juni 2024. Sejalan dengan pertumbuhan itu, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna mendulang rapor hijau.
Tak heran bila kalangan bank mengeluarkan amunisi berupa kartu kredit dan paylater untuk menjaga momen pertumbuhan kinerja kredit konsumsi.
Mengacu statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI) per Juni 2024, nilai transaksi kartu kredit tumbuh 4,18% secara tahunan menjadi Rp35,08 triliun dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp33,67 triliun.
Adapun, jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 18 juta unit per Juni 2024 naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebanyak 17,59 juta unit pada Juni 2023.
Wakil Direktur Utama PT Bank Mega Tbk. (MEGA) Diza Larentie menilai prospek pertumbuhan kartu kredit masih cerah. Dia juga menyebut kartu kredit kian bertumbuh seiring dengan bangkitnya tren perjalanan pascapandemi yaitu aktivitas berpelesir.
5. Perebutan Dana Pemerintah & Korporasi Kian Sengit di Pasar Surat Utang
Perebutan dana pemerintah dan korporasi kian sengit di pasar surat utang pada tahun depan sejalan dengan kebutuhan modal jumbo untuk menutup surat utang jatuh tempo.
Dikutip dari Buku II Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah berencana mengalokasikan SBN neto sebesar Rp642,56 triliun atau naik 42,4% dibandingkan proyeksi APBN 2024 dengan Rp451,85 triliun. Hal itu dilakukan untuk menutup utang jatuh tempo sebesar Rp800,33 triliun dengan Rp705,5 triliun berupa Surat Berharga Negara (SBN).
Di sisi lain, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat korporasi memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp122,04 triliun pada 2025. Nilai tersebut lebih rendah dari nilai jatuh tempo tahun ini sebesar Rp124,5 triliun.
Di tengah potensi perebutan dana ketat tahun depan, pemerintah menetapkan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) acuan tenor 10 tahun mencapai 7,1% kala instrumen buatan pemerintah itu mengalami tren penguatan. Hal itu ditunjukkan dengan imbal hasil SUN acuan tenor 10 tahun yang melanjutkan penguatan dari imbal hasilnya yang ditutup lebih rendah.
Pada penutupan pasar, Senin (26/8/2024), Bloomberg mencatat bahwa imbal hasil SUN acuan tenor 10 tahun menyentuh 6,5% atau menguat 0,46% secara harian.
Hal itu menandai respons positif pasar surat utang setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga acuan bakal dimulai dalam waktu dekat. Sikap tersebut disampaikan bos bank sentral Amerika Serikat (AS) itu pada pertemuan tahunan di Jackson Hole, Jumat (23/8/2024) waktu setempat.