Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Memanas Tersulut Saling Serang Israel-Hizbullah

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terpantau menguat pada Senin (26/8/2024) seiring d
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terpantau menguat pada Senin (26/8/2024) seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap dampak besar konflik Gaza ke Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak regional. Sementara itu, penurunan suku bunga AS akan mengangkat prospek ekonomi global dan permintaan bahan bakar.

Mengutip Reuters pada Senin (26/8/2024), harga minyak mentah berjangka Brent naik 37 sen, atau 0,5%, menjadi US$79,39 per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka jenis West texas Intermediate (WTI) berada di level US$75,19 per barel, naik 36 sen, atau 0,5%.

Pergerakan harga minyak dunia salah satunya dipengaruhi oleh tensi konflik di Timur Tengah usai Hizbullah menembakkan ratusan roket dan drone ke Israel pada hari Minggu, ketika militer Israel mengatakan pihaknya menyerang Lebanon dengan sekitar 100 jet untuk menggagalkan serangan yang lebih besar.

Bentrokan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik Gaza berisiko berubah menjadi konflik regional yang melibatkan Iran, pendukung Hizbullah, dan sekutu utama Israel, Amerika Serikat.

"Serangan pendahuluan Israel di Lebanon selama akhir pekan untuk mencegah serangan Hizbullah akan memastikan pembukaan yang lebih kuat pagi ini karena minyak mentah (WTI) tampaknya akan memperpanjang reli awalnya menuju US$77,50, sebelum US$80,00," kata analis IG Tony Sycamore dikutip dari Reuters.

Adapun, harga kedua jenis minyak tersebut telah naik lebih dari 2% pada Jumat pekan lalu. Hal tersebut menyusul pernyataan Gubernur bank sentral AS, The Fed, Jerome Powell yang mendukung penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

“Prospek pelonggaran kebijakan moneter meningkatkan sentimen di seluruh kompleks komoditas. Kami memperkirakan The Fed akan menerapkan serangkaian penurunan suku bunga secara progresif,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan,

Namun, mereka juga menyebut harga minyak turun pada pekan lalu karena prospek buruk bagi negara-negara besar membebani permintaan bahan bakar.

Sementara itu, Departemen Energi AS mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa pihaknya membeli hampir 2,5 juta barel minyak untuk membantu mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis.

Jumlah kilang minyak AS yang beroperasi tidak berubah pada 483 unit pada minggu lalu, kata Baker Hughes dalam laporan mingguannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper