Bisnis.com, JAKARTA — PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) kembali melempar sinyal absen untuk membagikan dividen pada tahun buku 2024. Kendati mencatat laba sepanjang paruh pertama 2024, torehan INCO pada periode itu terkontraksi cukup lebar dari tahun sebelumnya.
INCO bakal berfokus pada pengembangan aset tambang dan investasi lanjutan pada smelter yang tertuang dalam izin usah pertambangan khusus (IUPK) sebagai syarat perpanjangan kontrak.
“Untuk dividen ini memang dalam waktu dekat untuk tahun ini kami perlu pertimbangkan lagi memang growth project agenda ini adalah yang akan jadi prioritas utama dalam delivery dalam waktu dekat,” kata Direktur Independen & Chief Financial Officer INCO Rizky Andhika Putra dalam public expose daring, Senin (26/8/2024).
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2024 yang dipublikasikan Senin (29/7/2024), INCO membukukan laba bersih US$37,28 juta atau setara Rp611,26 miliar sepanjang semester I/2024 (kurs jisdor Rp16.394).
Pencapaian itu turun 82,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$207,80 juta.
Pada sisi pendapatan, INCO mencatat angka US$478,75 juta atau setara Rp7,84 triliun. Pendapatan tersebut turun 27,34% dibandingkan dengan US$658,96 juta per akhir Juni 2024.
Baca Juga
Di tengah penurunan pendapatan, INCO menekan beban pokok pendapatan dari US$438,49 juta pada semester I/2023 menjadi US$417,16 juta akhir Juni 2024. Dari situ, perseroan membukukan laba kotor US$61,58 juta.
Rizky mengatakan perseroan optimis akan melanjutkan torehan pendapatan dan laba positif hingga akhir 2024. Dia mengatakan perseroan masih memegang panduan produksi 70.800 ton nikel dalam matte sampai akhir tahun nanti.
“Kami tetap on track di level 70.800 hingga akhir tahun, harga kurang lebih secara konsensus konservatif sama pada level yang sama di semester I/2204,” kata dia.
Adapun, INCO mencatatkan produksi nikel dalam matte sebesar 34.774 ton sepanjang semester I/2024, lebih tinggi dibandingkan dengan produksi semester I/2023 yang sebesar 33.691 ton.
Sejalan dengan kenaikan produksi, penjualan nikel matte juga naik dari 33.221 ton pada semester I/2023 menjadi 35.680 per akhir Juni 2024.
Sementara itu, INCO menghabiskan belanja modal (capex) mencapai US$118,4 juta atau sekitar Rp1,88 triliun (asumsi kurs Rp15.919 per dolar AS) sepanjang semester I/2024. Rencanannya, belanja untuk capex sampai akhir tahun bisa mencapai sekitar US$380 juta atau sekitar Rp6,04 triliun.
OCBC Sekuritas menyematkan rating buy saham untuk INCO dengan target harga Rp4.700 per lembar.
Equity Analyst OCBC Sekuritas Devi Harjoto berharap INCO tetap dapat menekan ongkos produksi di bawah US$10.000 per ton untuk menjaga kinerja efisiensi.
Menurut Devi, capaian efisiensi INCO jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan emiten lainnya di model bisnis yang sama.
“Dengan target harga Rp4.700 per lembar, mencerminkan 2024F EV/EVITDA 7,8 kali. Perlu digarisbawahi, dengan harga saat ini, rating itu mewakili EV/EBITDA 5,6 kali,” kata Devi dalam risetnya.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.