Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Bank Sambut Musim Dividen Interim hingga Investor Asing Kembali ke SBN

Sejumlah bank berencana membagikan dividen interim di sisa 2024 hingga investor asing mulai ramai-ramai balik ke SBN.
Pegawai mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Selasa (20/8/2024). Beberapa bank bersiap untuk menebar dividen interim. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Selasa (20/8/2024). Beberapa bank bersiap untuk menebar dividen interim. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan bank menyambut musim dividen interim pada paruh kedua 2024. Sejumlah bank pun telah mengungkapkan rencananya.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sudah ada 355 kali aksi distribusi dividen yang dilakukan oleh emiten hingga awal Agustus 2024. Sejumlah sektor pun bergeliat menebar dividen pada tahun ini.

Nilai distribusi dividen emiten keuangan perbankan misalnya telah mencapai Rp58,24 triliun, meningkat dibandingkan dengan periode 2023 secara penuh senilai Rp50,57 triliun.

Sektor lainnya yang mendistribusikan dividen adalah sektor energi. Tercatat, sektor energi menebar dividen Rp30,86 triliun hingga 9 Agustus 2024.

Artikel tentang dividen interim perbankan menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Rabu (21/8/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Asa Besar Industri Tambang di Pundak Bahlil

Pelaku usaha industri pertambangan menaruh harapan besar kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, meskipun hanya memiliki waktu 2 bulan ke depan sebelum pemerintahan Presiden Jokowi berakhir pada Oktober 2024.

Dengan pengalaman dan wawasan yang luas selama menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pelaku tambang meyakini Bahlil sudah mafhum akan isu atau permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dan pelaku usaha, tak terkecuali di industri tambang.

Dengan begitu, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia, Bahlil dapat mengambil langkah strategis yang diperlukan dalam menghadapi berbagai hambatan sekaligus mempercepat realisasi investasi, termasuk di proyek penghiliran mineral.

Hendra tidak menampik banyaknya tugas di sektor energi dan sumber daya mineral yang diemban Bahlil. Namun, imbuhnya, Bahlil tentunya dapat fokus pada proyek-proyek strategis, khususnya di sektor mineral.

 

Nasib Jalan Tol Kebanggaan Jokowi Jelang Turun Takhta

Pembangunan infrastruktur di sejumlah wilayah terbilang masif di era Presiden Joko Widodo dekade terakhir. Salah satunya Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Bagaimana nasibnya kini jelang pergantian kepemimpinan di Tanah Air?

Dalam perencanaannya, JTTS diharapkan dapat tersambung dari Lampung hingga Aceh dengan panjang sekitar 2.000 km. Saat peresmian awal pada April 2015, pemerintah memproyeksikan jalan tol ini akan memakan investasi tidak kurang dari Rp250 triliun untuk pengerjaan 23 ruas.

Pemerintah kemudian membagi pekerjaan besar ini dalam tiga tahap dengan tahap I mencapai 965 km. Sisanya terbagi pada tahap berikutnya. PT Hutama Karya (Persero) sebagai pemegang proyek setidaknya telah menargetkan tahap pertama JTTS akan selesai pada Desember 2024.

EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan bahwa perusahaan telah membangun JTTS sepanjang 960 km sampai akhir Juli 2024. Dari total tersebut, 12 ruas dengan panjang 800 km telah beroperasi.

 

Bank Sambut Musim Dividen Interim

Berkaca pada tahun lalu, BCA telah memutuskan untuk membagikan dividen interim senilai Rp42,5 per saham dari kinerja keuangan per September 2023. Dengan jumlah saham beredar BBCA yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 123,27 miliar lembar, maka total dividen yang diberikan mencapai Rp5,23 triliun.

Nilai tebaran dividen interim pada 2023 naik 21,4% dibandingkan tebaran pada 2022 sebesar Rp35 per saham atau dengan nilai Rp4,31 triliun.

Kemudian, BCA membagikan dividen tunainya pada awal tahun ini sebesar Rp227,5 per saham atau Rp33,28 triliun.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sudah berkomitmen untuk memberikan dividen secara optimal pada 2025.

 

Utak-Atik Anggaran di Tengah Gunungan Utang

Gunungan utang mengadang pemerintahan baru Prabowo-Gibran. Sejumlah siasat disiapkan untuk mengutak-atik anggaran agar mampu mengelola utang pada tahun depan.

Seperti diketahui, pada 2025, pemerintah berhadapan dengan utang jatuh tempo sebesar Rp800,3 triliun. Nilai itu terdiri dari utang jatuh tempo surat berharga negara (SBN) senilai Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

Ekonom sekaligus Anggota Dewan Pakar TKN Dradjad Hari Wibowo buka suara soal tingginya utang jatuh tempo pada tahun depan. Dradjad mengakui beban pembayaran utang tahun depan, baik pokok maupun bunga utangnya sangat besar. Nilainya naik dari utang jatuh tempo 2024 senilai Rp434 triliun.

Pihaknya juga telah mempertimbangkan situasi ekonomi global yang berisiko melambat. Oleh karena itu, pemerintahan Prabowo-Gibran akan mengantisipasinya dengan melakukan terobosan di bidang penerimaan negara.

 

Investor Asing Kembali ke Surat Berharga Negara

Investor asing terlihat agresif membeli aset saham dan surat berharga negara (SBN) Indonesia sepanjang Agustus 2024, yang sontak mendorong penguatan yang signifikan di kedua aset tersebut.

Kalangan pelaku pasar pun berharap tren itu bakal berlanjut hingga akhir tahun, sehingga membuka ruang bagi return investasi yang lebih besar di pasar saham dan surat utang domestik.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing tercatat net buy Rp5,44 triliun sepanjang Agustus 2024 hingga kemarin, Senin (19/8/2024), melanjutkan tren yang sudah terlihat sejak Juli 2024. Hal ini meredam aksi jual yang terjadi pada April-Juni 2024 lalu.

Investor asing pun kini tercatat melakukan aksi beli bersih atau net buy Rp4,39 triliun di pasar saham domestik sepanjang tahun berjalan 2024 atau secara year-to-date (YtD). Hal ini menjadi salah satu faktor yang mengerek penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir-akhir ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper