Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-Pilih Saham LQ45 Mercy Harga Bajaj Saat IHSG Rekor

Di tengah fase bullish pasar saham, sederet big caps dengan valuasi murah meriah dapat dilirik oleh investor.
Annisa Kurniasari Saumi, Fahmi Ahmad Burhan
Rabu, 21 Agustus 2024 | 08:00
Investor memantau saham LQ45 di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor memantau saham LQ45 di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten-emiten berkapitalisasi pasar jumbo alias big caps menjadi motor utama pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG). Di tengah fase bullish pasar saham, sederet big caps dengan valuasi murah meriah atau undervalue dapat dilirik oleh investor. 

Fase bullish IHSG berlanjut hingga Selasa (20/8/2024). Indeks komposit ditutup naik 0,9% atau 67,15 poin ke posisi 7.533,98. Level tersebut merupakan rekor tertinggi IHSG sepanjang masa alias all time high (ATH). 

Pada saat yang sama, indeks LQ45 dan IDX30 menguat masing-masing 1,18% dan 1,21%. Tak seperti IHSG yang terapresiasi 3,59% year-to-date, dua indeks bergengsi itu masih mengemas return negatif dengan penurunan sebesar 3,24% untuk LQ45 dan koreksi 3,76% untuk IDX30 pada periode yang sama. 

Merujuk data Bursa Efek Indonesia, apresiasi IHSG pada Selasa (20/8/2024) didorong oleh kenaikan harga saham BBRI 2,7%, BREN 2,45%, TLKM 1,71%, BMRI 0,7%, BBNI 2,34%, ASII 1,99%, KLBF 5,59%, BBCA 0,48%, ARTO 8,42%, dan MAPI melesat 7,04%. 

Apresiasi harga saham big caps juga menjadi motor utama penggerak IHSG secara YtD. Dari jajaran 10 saham top leaders IHSG sepanjang tahun berjalan 2024, enam di antaranya merupakan big caps

Berdasarkan urutan kontribusi paling besar terhadap IHSG, enam saham tersebut ialah TPIA dengan kenaikan 82,86%, AMMN 59,54%, DSSA meroket 404,38%, BMRI naik 19,01%, BREN menguat 26,09%, dan BBCA terkerek naik 10,9% secara YtD. 

Di tengah reli IHSG, sejumlah konstituen LQ45 masih memiliki valuasi yang relatif murah dengan price to earnings ratio (PER) di bawah 10 kali. 

Indikator ini memang bukan satu-satunya pisau analisis yang digunakan untuk menentukan mahal atau murahnya valuasi suatu saham. Namun, pendekatan ini kerap disebut investor kawakan Lo Kheng Hong (LKH) sebagai cara paling sederhana.

Pak Lo, sapaan akrabnya, menyebut pengukuran menggunakan pendekatan PER dan PBV sebagai cara menilai saham harga murah dengan valuasi sederhana dalam berbagai kesempatan. Bahkan, Lo Kheng Hong kerap menganalogikan saham-saham tersebut layaknya Mercedes-Benz atau Mercy yang dijual seharga bajaj.

Berdasarkan data Bloomberg, 12 dari 45 anggota indeks LQ45 memiliki PER di bawah 10 kali. Tiga saham dengan PER terkecil ialah ADRO sebesar 4,16 kali, MEDC 4,43 kali, dan UNTR sebesar 4,85 kali. 

Konstituen Indeks LQ45 dengan PER di Bawah 10 Kali

Kode Saham

Harga Saham (Rp)

Kinerja Saham YtD

Price to Earnings Ratio (Kali)

ADRO

3.270

37,39%

4,16

MEDC

1.310

13,42%

4,43

UNTR

25.175

11,27%

4,85

JSMR

5.450

11,91%

4,92

BBTN

1.365

9,2%

5,27

PTBA

2.720

11,48%

5,80

ITMG

26.400

2,92%

6,06

ASII

5.125

-9,29%

6,40

INKP

8.475

1,8%

7,08

PGAS

1.635

44,69%

8,06

INDF

6.525

1,16%

8,76

BBNI

5.475

1,86%

9,57

Sumber: Bloomberg, diolah.

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menjelaskan saat ini pergerakan IHSG masih sesuai dengan perkiraan dari Sinarmas Sekuritas. Dengan penguatan ini, Sinarmas Sekuritas memperkirakan IHSG masih memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan ke level 7.700.

"Bahkan jika best scenario terjadi, maka IHSG berkemungkinan ke level 7.900," kata Ike, Selasa (20/8/2024).

Dia melanjutkan beberapa sentimen positif terhadap IHSG berasal dari peluang penurunan suku bunga The Fed. Ike menjelaskan penurunan suku bunga The Fed juga turut memberikan dukungan bagi Bank Indonesia untuk melakukan kebijakan serupa.

"Selain itu, posisi pergerakan nilai tukar rupiah yang semakin menguat, stabilitas politik yang makin kondusif, serta adanya inflow menjadi sentimen pendukung IHSG," ujar Ike.

Dengan penguatan IHSG ini, Ike menuturkan terdapat beberapa saham big caps yang masih menarik untuk dikoleksi. Saham-saham tersebut adalah TLKM, ASII, BBRI, BBCA, ADRO, dan UNTR. 

10 Top Picks JP Morgan 

Dalam riset terbaru, Tim Analis JP Morgan Sekuritas yang dipimpin oleh Henry Wibowo memperbarui top picks saham Indonesia dengan mempertimbangkan faktor potensi pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia dan The Fed sebagai katalis positif.

JP Morgan menambah saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) dalam jajaran saham unggulan. Dua saham itu menggantikan posisi PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang telah outperfom sebagai saham defensif. 

Alhasil, daftar terbaru 10 saham top picks JP Morgan mencakup BBCA, BMRI, BBRI, UNTR, ISAT, GOTO, ARTO, MAPI, CTRA, dan PWON. 

Henry menambahkan JP Morgan cenderung memilih sektor perbankan dan properti di tengah ruang pemangkasan suku bunga acuan. Sektor itu dinilai lebih menarik dibandingkan dengan sektor otomotif yang dibayangi oleh mengetatnya kompetisi di pasar kendaraan roda empat.  

Terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan dengan capaian IHSG ke level all time high ini, pihaknya merevisi target IHSG ke level 7.640-7.720.

Menurutnya, kenaikan IHSG salah satunya disebabkan oleh ekspektasi dan persepsi akan pemangkasan tingkat suku bunga, terutama oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.

Sejauh ini, dia melihat saham-saham di sektor finansial masih memiliki valuasi yang cukup murah. Begitu pula dengan saham sektor consumer non-cyclical, dan energi.

Adapun, saham-saham blue chips pilihan Pilarmas Investindo Sekuritas antara lain BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, BRIS, AMRT, JSMR, dan ICBP.

Setali tiga uang, Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah Budiman menyampaikan IHSG berpeluang mencapai level 7.800—8.000 pada 2024 karena dorongan sentimen positif global dan domestik. Reli IHSG diperkirakan berlanjut hingga Oktober-November 2024.

Di kalangan big caps, katanya, saham yang masih cukup menarik ialah BBRI, ASII, dan BRIS.

“BBRI dan ASII menjadi saham big caps undervalued yang masih menarik dengan semua sentimen negatif pasar yang sudah priced in,” imbuhnya. (Ana Noviani/Hafiyyan)

-----------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper