Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Dampak Asumsi Makro 2025 Jokowi ke Pasar Modal

Melihat dampak asumsi makro 2025 yang disampaikan oleh Presiden Jokowi ke pasar modal.
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan asumsi makro untuk tahun 2025, dengan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,2% dan inflasi sebesar 2,5%. Lalu, bagaimana dampak dari pembacaan nota keuangan ini ke pasar modal?

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat daya beli dan konsumsi akan semakin pudar di tahun 2025 mendatang. Kenaikan harga barang mulai memberikan tekanan kepada masyarakat kelas menengah hingga bawah. 

"Oleh sebab itu, diharapkan tingkat suku bunga juga dapat segera diturunkan begitu The Fed menurunkan tingkat suku bunga mereka," ujarnya, Jumat (16/8/2024). 

Langkah itu, lanjut dia, agar dapat memberikan stimulus untuk menjaga daya beli, konsumsi, dan kredit. Selain itu, pertumbuhan ekonomi 5,2% juga dilihat masih bisa untuk dicapai, apalagi tahun depan penurunan tingkat suku bunga dapat segera dilakukan untuk mendorong perekonomian, disertai dengan meningkatnya konsumsi dalam negeri. 

Di sisi lain, dengan pemerintah yang menurunkan anggaran infrastruktur menjadi Rp400,3 triliun di 2025 menurutnya akan memberikan dampak terhadap pembangunan, khususnya dalam hal pemerataan perekonomian. Akan tetapi, apabila dibandingkan, dari RAPBN 2024 sebelumnya, penurunan anggaran infrastruktur ini tidak banyak yakni dari Rp422,7 triliun menjadi Rp400,3 triliun. 

"Apalagi seperti yang kita ketahui, tahun 2025 merupakan transisi dari pemerintahan yang lama kepada pemerintahan yang baru sehingga tentu rasanya kalau melihat dari anggaran ini memang sesuai dengan tema yang diangkat untuk tahun 2025 mendatang," tuturnya.

Nico juga mencatat belanja pemerintah sendiri juga naik 8,66% dan sesuai dengan harapan dari pemerintah untuk memperkuat konsumsi dalam negeri.

Dengan asumsi makro tersebut, Nico mencermati dampak terhadap pasar modal cenderung tidak terlalu besar. Hanya saja, apabila melihat asumsi rupiah pada level yang jauh lebih tinggi di Rp16.100, hal ini memberikan gambaran jika rupiah masih berpotensi untuk melemah di tengah tingginya volatilitas pasar saat ini. 

Selain itu, imbal hasil SUN 10 tahun juga terlihat mengalami kenaikan bahkan hingga 7,1% meskipun tingkat suku bunga mengalami penurunan. 

"Yang akan menjadi pembeda mungkin data ekonomi yang akan hadir setiap harinya," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper