Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Memacu Manufaktur hingga Denyut Saham PTBA

Membangkitkan manufaktur hingga denyut saham PTBA menjadi berita  pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id.
Top 5 News. Sumber: Canva
Top 5 News. Sumber: Canva

Bisnis, JAKARTA—Pemerintah tetap optimistis industri pengolahan nonmigas atau manufaktur akan kembali bangkit meskipun perlambatan tersebut perlu diwaspadai. Dengan catatan, harus didukung oleh kebijakan yang probisnis.

Membangkitkan manufaktur hingga denyut saham PTBA menjadi berita  pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id edisi Selasa (13/8/2024). Berikut selengkapnya:

1. Membangkitkan Optimisme Manufaktur RI

Terus mengendurnya optimisme pelaku industri manufaktur Tanah Air membuat pemerintah mulai ketar-ketir. Terlebih, kondisi produktivitas manufaktur nasional yang mengalami perlambatan sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

Kondisi ini pun makin meresahkan mengingat negara-negara Asia lainnya juga mengalami kontraksi, yang tecermin dari Purchasing Manager's Index (PMI) yang berada di bawah 50. PMI manufaktur RI pun berada di level 49,3 pada Juli 2024, padahal selama 34 bulan berturut-turut mampu bertahan di level ekspansi atau di atas angka indeks 50.

Kendati demikian, pemerintah tetap optimistis industri pengolahan nonmigas atau manufaktur akan kembali bangkit meskipun perlambatan tersebut perlu diwaspadai. Dengan catatan, harus didukung oleh kebijakan yang probisnis.

“Bapak Presiden Joko Widodo pada sidang kabinet pagi ini juga menyatakan bahwa kontraksi PMI manufaktur perlu diwaspadai karena beberapa negara di Asia juga mengalaminya dan komponen yang mengalami penurunan paling banyak adalah dari sisi output,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan resminya, Senin (12/8/2024). 

2. Mengenal Lebih Dekat dengan Perusahaan Prajogo Pangestu yang Mau IPO

Orang terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu, berencana menambah lagi satu perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (IPO). Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu diversifikasi usaha.

Korporasi tersebut adalah PT Chandra Daya Investasi (CDI). Perseroan merupakan anak usaha dari PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA).

Mengutip laporan keuangan TPIA, Perusahaan dan PT Chandra Asri Perkasa (CAP2) mendirikan CDI yang telah disahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) pada 13 Februari 2023.

Modal dasar yang disiapkan Rp4 triliun atau setara dengan US$263,20 juta. Dana tersebut terbagi atas 2 juta lembar saham yang masing-masing bernilai Rp2 juta. 

Dua bulan kemudian, TPIA menyetujui tambahan modal ditempatkan dan disetor penuh ke CDI sebesar Rp150,88 miliar. TPIA menambah lagi modal sebesar Rp190,66 miliar. 

Merasa kurang cukup, TPIA lagi-lagi mengucurkan modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp148,88 miliar sebulan kemudian. Tambahan terakhir sebesar Rp75,13 miliar. 

3. Program Manfaat Pasti Biang Kerok Kontraksi Dana Pensiun

Sektor dana pensiun terkontraksi pada kuartal II/2024, meskipun kinerja masih terhitung cukup baik yang menunjukkan masih ada potensi pertumbuhan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai Produk Domestik Bruto (PBD) atas dasar harga konstan sektor asuransi dan dana pensiun (dapen) pada kuartal II/2024 turun 2,98% year-on-year (YoY) dari Rp25,65 triliun di kuartal II/2023 menjadi Rp24,88 triliun di kuartal II/2024.

Sekadar informasi, PDB harga konstan merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan lagu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun.

Menanggapi situasi tersebut, Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) masih optimis laju pertumbuhan ekonomi di sektor dana pensiun tetap akan mencatatkan kinerja positif di semester II/2024 nanti.
Staf Ahli ADPI Bambang Sri Muljadi mengatakan khusus dana pensiun, kinerja pada kuartal II/2024 lalu dibanding kuartal II/2023 masih stabil. “Karena investasi dana pensiun tidak banyak mengalami perubahan. Seandainya ada kontraksi harga sahampun tidak akan berpengaruh banyak karena portofolio saham hanya kurang lebih 11% dari total investasi, dan sahampun tidak mengalami kontraksi,” kata Bambang kepada Bisnis, Senin (12/8/2024).

4. Membuka Ruang Kolaborasi Aset Kripto dengan Industri Keuangan Lain

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuka peluang sinergi industri Kripto dengan industri jasa keuangan lainnya, di mana saat ini kolaborasi tersebut saat ini masih terbatas. 

Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto berargumen keterbatasan kolaborasi itu lantaranaset kripto belum diperbolehkan untuk menjadi aset dasar. “Kami sesuai POJK saja, saat ini Aset Kripto masih belum termasuk dalam aset dasar yang diperbolehkan,” katanya kepada Bisnis, pada Senin (12/8/2024). 

Dia mengatakan, di samping tidak ada aset dasar aset kripto memiliki risiko yang super tinggi. Sehingga,a set kripto tersebut lebih cocok untuk menjadi spekulan dibandingkan investor. 

Setali tiga uang, Pengamat kripto dan trader Desmond Wira berujar, bahwa kolaborasi kripto dan lembaga keuangan kemungkinan masih terbatas. “Karena belum ada aturannya. Misalnya agunan Kripto belum bisa,” ucapnya.

Selanjutnya, dia mengatakan bahwa kolaborasi yang paling mungkin dilakukan adalah, lembaga keuangan menjadi perantara transaksi kripto dalam segi pendanaan. Untuk diketahui, OJK telah menyatakan membuka peluang sinergi antara industri Kripto dengan industri jasa keuangan lainnya. 

5. Menanti Saham PTBA Kembali Membara

Saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) bergerak cukup fluktiatif sepanjang tahun 2024. Saham emiten tambang batu bara Badan Usaha Milik Negara ini naik 4,74% sampai tutup perdagangan Bursa Senin (12/8/2024).

PTBA membuka perdagangan di pasar saham pada awal tahun dengan tumbuh 3,69% dari Rp2.530 saat penutupan perdagangan saham 2023 ke Rp2.440 per lembar.

Saham Perseroan bergerak naik-turun hingga mencapai puncak pada 19 April di harga Rp3.140 per saham. Setelah itu pergerakannya cenderung turun dan mencapai titik terendah di Rp2.410. Pada penutupan Bursa hari ini, harganya Rp2.650 Per lembar

Berdasarkan laporan keuangan, Bukit Asam membukukan pendapatan Rp19,64 triliun pada semester I/2024. Realisasi itu naik 4,15% year-on-year (yoy) dari Rp18,58 triliun per akhir Juni 2023.

Meski pendapatan naik laba bersihnya turun. PTBA membukukan keuntungan Rp2,03 triliun pada semester I/2024 atau merosot 26,76% secara tahunan dari Rp2,77 triliun.

Dari kinerja operasional, PTBA membukukan total penjualan batu bara PTBA pada Januari—Juni 2024 mencapai 20,05 juta ton. Realisasi tersebut meningkat 15% secara tahunan.

Ekspor batu bara pada periode ini sebesar 8,48 juta ton atau naik 20% secara tahunan. Sebagai pembanding, penjualan ekspor PTBA pada semester I/2023 sebesar 7,10 juta ton.A

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper