Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan daya beli masyarakat diramal menjadi katalis positif bagi kinerja emiten di sektor semen, khususnya SMGR dan INTP pada semester II/2024.
Sebanyak lima emiten semen diketahui mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I/2024 akibat tekanan daya beli hingga kondisi oversupply yang masih membayangi industri.
Kelima emiten semen tersebut adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) atau SIG, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT), PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB), dan PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR).
Berdasarkan data yang diolah Bisnis, kelima emiten tersebut kompak membukukan penurunan laba bersih tahun berjalan. SMGR, semisal, menorehkan laba bersih Rp501,47 miliar atau terkoreksi 42,11% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Sementara itu, INTP mengakumulasikan laba bersih Rp434,70 miliar pada semester I/2024 atau turun 37,76% secara tahunan. CMNT bahkan membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp428,30 miliar, berbalik dari semester I/2023 yang meraih laba Rp223,24 miliar.
Adapun SMCB membukukan penurunan laba bersih 35,62% YoY menjadi Rp163,52 miliar. Nasib serupa juga dirasakan SMBR yang menorehkan laba Rp7,31 miliar, turun 56% YoY.
Baca Juga
Analis CGS Internasional Sekuritas Bob Setiadi masih menyematkan rekomendasi overweight untuk sektor semen karena ada potensi peningkatan daya beli masyarakat ke depan, meskipun mayoritas emiten semen membukukan penurunan laba bersih.
“Kami mempertahankan rekomendasi overweight pada sektor ini karena ekspektasi pemulihan volume domestik di tengah perbaikan daya beli masyarakat kelas bawah,” ujar dalam publikasi riset yang dikutip pada Kamis (8/8/2024).
Meski demikian, sektor semen juga diliputi sejumlah risiko, mulai dari melemahnya permintaan semen, perubahan yang tidak menguntungkan dalam peraturan domestic market obligation (DMO), penerapan pajak karbon, hingga pengenaan dimensi yang berlebihan.
Di sektor ini, CGS Sekuritas menjatuhkan top picks kepada INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing berada di level Rp10.500 dan Rp5.300 per lembar.
Menurut Bob, margin EBITDA INTP akan pulih pada 2025 karena average selling price (ASP) yang lebih tinggi, peningkatan volume domestik, dan akuisisi Semen Grobogan baru-baru ini.
Sementara itu, SMGR juga diperkirakan meraih peningkatan pendapatan pada tahun depan lantaran membaiknya permintaan domestik dan harga jual yang lebih tinggi.
-------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.