Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.276 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/8/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan turun 0,24% atau 39 poin ke posisi Rp16.276 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau turun 0,02% ke posisi 104,180.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,11%, dolar Singapura turun 0,06%, won Korea turun 0,52%, dan rupee India turun 0,1%,
Sementara itu mata uang yang naik adalah dolar Hong Kong sebesar 0,01%, peso Filipina 0,11%, yuan China naik 0,08%, ringgit Malaysia naik 0,35% dan baht Thailand naik 0,08%.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan Jumat (2/8/2024) rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.180 - Rp16.260 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pemotongan suku bunga dapat dilakukan paling cepat pada bulan September jika inflasi tetap sesuai dengan ekspektasi.
Baca Juga
Powell, yang berbicara pada konferensi pers setelah keputusan Fed untuk tidak mengubah suku bunga acuannya, menyalakan harapan investor untuk pemotongan suku bunga pada bulan September dengan menyatakan bahwa para pembuat kebijakan semakin yakin bahwa inflasi terus mendekati target 2%.
Gubernur Kazuo Ueda mengatakan bank akan terus menaikkan suku bunga setelah kenaikan 15 basis poin pada hari Rabu, terutama jika ekonomi dan inflasi terus membaik sejalan dengan prospek BOJ.
Namun, komentar Ueda, yang muncul setelah pasar tutup, mengindikasikan bahwa bank sentral semakin dekat untuk mengakhiri langkah-langkah stimulus selama beberapa dekade lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Suku bunga acuan jangka pendek BOJ berada di sekitar 0,25% setelah kenaikan pada hari Rabu.
Pemulihan ekonomi Tiongkok terhenti karena data PMI yang lebih negatif. Data indeks manajer pembelian Caixin pada hari Kamis menunjukkan kontraksi yang tidak terduga di sektor manufaktur Tiongkok. Angka tersebut muncul hanya sehari setelah data PMI pemerintah menunjukkan tren yang sama.
PMI Caixin merupakan titik lemah utama, mengingat sejauh ini pada tahun 2024, PMI tersebut telah melukiskan gambaran yang lebih positif tentang sektor manufaktur Tiongkok.
Sementara itu, dari dalam negeri Aktivitas manufaktur nasional tercatat mengalami kontraksi setelah bertahan di level ekspansi selama 34 bulan berturut-turut. Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 kini berada di level 49,3 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan laporan S&P Global, PMI manufaktur tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada di level 43,7.
“Setelah itu, kinerja manufaktur terus berekspansi. Kondisi operasional manufaktur pada Juli 2024 terkontraksi disebabkan tingkat output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang,” kata Ibrahim dalam riset harian, Kamis (1/8/2024).
Faktor utama yang menjadi penyebab penurunan indeks PMI manufaktur, yaitu permintaan pasar yang menurun drastis sehingga penjualan merosot untuk pertama kali dalam 1 tahun terakhir. Hal ini diikuti dengan ekspor yang masih melemah dan penundaan pengiriman barang.