Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Adu Laba INCO vs ANTM hingga Kelanjutan Smelter Cina di RI

Perbandingan laba bersih Vale dan Antam hingga kabar tidak sedap dari China untuk smelter nikel RI.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten pertambangan di bawah bendera Holding MIND ID, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam kompak mencatatkan penurunan laba bersih di tengah gejolak harga komoditas di pasar global.

Penurunan laba bersih kedua perusahaan itu berbanding terbalik dengan pertumbuhan produksi dan penjualan sepanjang paruh pertama tahun ini. Meski demikian, anjloknya harga komoditas turut menggerus raihan laba perseroan.

Vale Indonesia misalnya, membukukan laba bersih US$37,28 juta atau setara Rp611,26 miliar sepanjang semester I/2024 (kurs jisdor Rp16.394). Perusahaan membukukan pendapatan US$478,75 juta, setara Rp7,84 triliun pada paruh pertama. Pendapatan tersebut turun 27,34% dibandingkan dengan US$658,96 juta per akhir Juni 2024.

Di tengah penurunan pendapatan, INCO menekan beban pokok pendapatan dari US$438,49 juta pada semester I/2023 menjadi US$417,16 juta akhir Juni 2024. Dari situ, perseroan membukukan laba kotor US$61,58 juta.

Artikel tentang perbandingan laba Vale dan Antam menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Rabu (31/7/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Beda Kinerja Nasib Indosat (ISAT) & Telkom (TLKM) sepanjang Semester I/2024

Duo emiten telekomunikasi, PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) merealisasikan kinerja bertolak belakang sepanjang semester I/2024.

Adapun, Indosat menutup paruh pertama 2024 dengan laba bersih tahun berjalan Rp2,73 triliun pada semester I/2024, naik 43,3% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Presiden Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha, mengatakan bahwa kinerja tersebut sepanjang tahun ini membuktikan strategi cermat perseroan dalam mendorong kemajuan bisnisnya.

Vikram menuturkan ISAT terus meningkatkan jaringan untuk memastikan konektivitas yang lancar dan mendorong pengalaman baru bagi para pelanggan. Kinerja operasional dan efisiensi juga dipacu agar memungkinkan perusahaan meraih keuntungan berlipat.

 

Tancap Gas Proyek Pipa Terintegrasi di Pulau Jawa Lewat Cisem

Pembangunan jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi terintegrasi di Pulau Jawa lewat proyek trans-Jawa, yakni Cirebon—Semarang (Cisem) terus dikebut. Setelah proyek Cisem tahap I tuntas, kini pemerintah mengejar konstruksi proyek Cisem tahap II dapat segera dilakukan.

Terlebih, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan Kerja Sama Operasi (KSO) PT Timas Suplindo dan PT Pratiwi Putri Sulung sebagai pemenang lelang proyek konstruksi pipa Cisem tahap 2, yakni ruas Batang—Kandang Haur Timur.

Penetapan pemenang lelang itu tertuang dalam Surat Penetapan Pemenang oleh Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 48/BN.02/KPA.DJM/2024 tanggal 4 Juli 2024 lalu.

Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan kementeriannya saat ini masih menunggu surat penetapan proyek multiyears dari Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk eksekusi proyek tersebut. “Jika surat ini sudah terbit, baru bisa berkontrak dengan pemenangnya,” kata Laode saat dihubungi, Selasa (30/7/2024).

 

Adu Kuat Kinerja Antam (ANTM) - Vale (INCO) di Tengah Gejolak Harga Komoditas

Di pasar dunia, sejumlah komoditas mengalami gejolak di tengah masih memanasnya konflik Palestina - Israel di Timur Tengah dan Rusia - Ukraina di Eropa Barat. Eskalasi geopolitik termasuk jelang peralihan kepemimpinan di Amerika Serikat mempengaruhi kondisi tersebut

Harga nikel di pasar spot misalnya dilaporkan turun menjadi sekitar $15.881 per ton pada akhir Juli, menandai level terendah dalam 5 bulan terakhir. Situasi ini terjadi akibat dana investasi melikuidasi posisi buy di tengah menguatnya dolar AS dan lemahnya kinerja manufaktur China.

Meskipun terjadi kondisi bullish seperti penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa, terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, harga nikel tetap turun tajam.

Trading Economics menyebutkan bahwa para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar. Di samping itu, total stok nikel primer diperkirakan bakal mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan hingga sisa tahun ini.

 

Siapkan Spin off, Intip Kinerja CIMB Niaga Syariah & BTN Syariah

Dua usaha syariah terbesar, yakni milik PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menutup semester I/2024 dengan kinerja moncer di tengah persiapan melakukan spin off atau pemisahan unit usaha.

Dikutip dari laporan keuangannya yang diterbitkan di Harian Bisnis Indonesia, Selasa (30/7/2024), unit usaha syariah (UUS) CIMB Niaga menutup kinerja pada enam bulan pertama 2024 dengan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp1,01 triliun atau melesat 66,04% secara tahunan (YoY) dari Rp610,7 miliar pada semester I/2023.

Perolehan laba bersih itu diikuti dengan pertumbuhan pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang mencapai Rp1,08 triliun atau naik 7,97% YoY dari Rp1 triliun. Pos pendapatan berbasis komisi juga positif dengan realisasi Rp229,87 miliar atau terkerek 47,36% YoY dari Rp155,99 miliar.

Di sisi lain, perusahaan menurunkan kerugian penurunan nilai aset keuangan atau impairment. Perusahaan mengakhiri semester I/2024 dengan impairment sebesar Rp268,62 miliar atau tergerus 46,65% YoY dari Rp503,52 miliar. Sementara itu, perusahaan mengumpulkan aset Rp64,83 triliun atau turun 1,98% YoY dari Rp66,15 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

 

Embusan Kabar Tidak Sedap dari Negeri Panda untuk Smelter Nikel RI

Adanya permohonan restrukturisasi utang yang diajukan salah satu kreditur kepada Jiangsu Delong Nickel Industry Co ke pengadilan China menjadi kabar tidak sedap bagi kelanjutan proyek smelter perusahaan Negeri Panda itu di Indonesia.

Terlebih, Jiangsu Delong memiliki sejumlah unit bisnis smelter nikel dan pabrik stainless steel di Tanah Air, seperti PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel di Konawe, Sulawesi Tenggara, serta PT Gunbuster Nickel Indonesia (PT GNI) di Morowali, Sulawesi Tengah.

Agus Tjahajana Wirakusumah, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, menilai dimohonkannya restrukturisasi utang Jiangsu Delong Nickel Industry Co ke pengadilan China oleh salah satu krediturnya bisa berdampak terhadap proyek yang sedang berjalan.

Oleh karena itu, Agus melihat pemerintah perlu turun tangan untuk mengantisipasi dampak yang berpotensi terjadi akibat permasalahan di Jiangsu Delong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper