Bisnis.com, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencecar PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mengenai piutang jatuh tempo sebesar Rp3 triliun, atau mencakup 57,8% dari total piutang ISAT.
Chief Legal & Regulatory Officer dan Sekretaris Perusahaan ISAT Reski Damayanti menjelaskan tingginya piutang usaha yang sudah jatuh tempo berasal dari pelanggan korporat ISAT yang membutuhkan siklus waktu lebih panjang untuk penyiapan tagihan sampai dengan proses pembayaran tagihan.
"Tingginya piutang usaha yang sudah jatuh tempo lebih dari 90 hari adalah berasal dari pelanggan korporat yang membutuhkan siklus waktu lebih panjang untuk penyiapan tagihan sampai proses pembayaran tagihan," ujar Reski dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (29/7/2024).
Menurut Reski, dengan adanya piutang ini, ISAT akan menindaklanjuti secara terus menerus oleh tim penagihan kepada pelanggan untuk setiap tahapan penagihan. Apabila email atau surat tidak mendapatkan respons, maka ISAT akan mengundang atau mengunjungi pelanggan untuk mengetahui dan mendengar secara pasti alasan pelanggan tidak melakukan pembayaran.
ISAT juga melakukan koordinasi dengan tim account payable untuk melihat apakah pelanggan juga merupakan supplier dari ISAT. Apabila iya, maka perjumpaan antara utang dan piutang dapat diusulkan untuk menyelesaikan piutang yang jatuh tempo.
ISAT juga menyebut apabila sumber daya internal ISAT tidak mencukupi, maka ISAT dapat mempertimbangkan kerja sama dengan tim penagihan pihak ketiga untuk membantu melakukan penagihan.
Baca Juga
ISAT juga akan mempertimbangkan bekerja sama dengan pihak pengacara eksternal dapat juga untuk menerbitkan surat peringatan/teguran kepada pelanggan agar segera mendapat tanggapan/pembayaran.
Lebih lanjut, untuk memitigasi hal tersebut terjadi, ISAT memiliki proses verifikasi untuk calon pelanggan baru agar setiap pelanggan yang menjadi mitra merupakan pelanggan yang berkualitas dan minim risiko tidak tertagih.
ISAT juga memiliki proses dunning yang dijalankan sehingga tim penagihan dapat memonitoring dan dapat menentukan kegiatan yang harus dilakukan pada setiap fase piutang.
Sementara itu, mitigasi untuk piutang macet yang telah terjadi, layanan terhadap pelanggan macet akan diterminasi dan akan masuk daftar pelanggan yang tidak dapat diberikan pelayanan di kemudian hari.
Selain itu, ISAT juga akan melakukan pencadangan piutang tidak tertagih. Upaya penagihan tetap dilakukan, walaupun pencadangan piutang telah dilakukan.
Di sisi lain, BEI juga mencecar ISAT mengenai utang pengadaan sebesar Rp10,1 triliun, dengan 99,9% dari utang tersebut akan jatuh tempo dalam jangka pendek. ISAT menjelaskan per 31 Maret 2024, utang pengadaan sebesar Rp10,1 triliun mencakup pengeluaran modal dan operasional.
Pengeluaran tersebut terkait pengadaan proyek penting seperti ekspansi jaringan, peningkatan teknologi, dan kebutuhan operasional, yang semuanya ditujukan untuk menjaga kualitas layanan dan daya saing ISAT. Tingginya persentase jatuh tempo jangka pendek yaitu 99,9% menurut manajemen telah sesuai dengan jadwal jatuh tempo pembayaran.
"Perseroan akan melunasi utang pengadaan tersebut sesuai jadwal jatuh tempo yang sudah disepakati dengan pemasok dengan menggunakan dana yang diperoleh dari aktivitas usaha perseroan," tulis ISAT.
ISAT juga menyebut per 31 Maret 2024, memiliki penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp13,6 triliun.
Di sisi lain, ISAT juga menyampaikan akan melunasi pinjaman sebesar Rp7,4 triliun, dengan Rp1,2 triliun akan jatuh tempo dalam jangka pendek. Pinjaman tersebut menurut ISAT digunakan untuk pembiayaan modal kerja, pengeluaran modal, dan pembiayaan umum.
"Perseroan akan melunasi pinjaman tersebut sesuai skedul jatuh tempo pinjaman menggunakan dana internal. Per 31 Maret 2024, Perseroan memiliki saldo kas sebesar Rp7,8 triliun," tuturnya.