Bisnis.com, JAKARTA — Mayoritas sekuritas yang mengulas saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) masih mempertahankan pandangannya usai perseroan merilis kinerja keuangan semester I/2024.
Berdasarkan data Bloomberg hingga akhir sesi pertama Kamis (25/7/2024), sebanyak 32 dari 35 sekuritas yang mengulas saham BBRI memberikan rekomendasi beli. Sisanya, hanya ada tiga sekuritas dengan peringkat hold.
Target harga saham BBRI berada di Rp5.935 dalam 12 bulan ke depan menurut konsensus analis. Artinya, masih terdapat potensi kenaikan 27,4% dari Rp4.660.
Pergerakan harga saham BBRI parkir di zona merah pada sesi pertama Kamis (25/7/2024). Mahar per lembar terkoreksi 2,51% ke Rp4.660.
Sejatinya, saham BBRI tengah melaju dalam tren positif dalam sebulan terakhir. Pergerakan harga menguat 6,39% sepanjang periode tersebut.
BRI baru saja merilis kinerja keuangan semester I/2024 pada Kamis (25/7/2204).
Baca Juga
Hasilnya, laba bersih konsolidasi yang dapat diatribusikan ke pemilik sebesar Rp29,7 triliun per Juni 2024. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp29,42 triliun. Sedangkan total laba bersih komprehensif mencapai Rp29,99 triliun.
Dalam publikasi laporan keuangan di Bisnis Indonesia, Kamis (25/7/2024), pertumbuhan laba BRI didorong oleh kenaikan kredit yang disalurkan menjadi Rp1.264,77 triliun secara konsolidasi, melonjak 5,59% dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp1.197,75 triliun.
Pertumbuhan penyaluran kredit ini kemudian mengerek pendapatan bunga perusahaan menjadi Rp98,64 triliun. Capaian ini naik Rp13,05 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp85,59 triliun.
Selanjutnya, tercatat BRI memiliki ruang ekspansi di tengah melonggarnya loan to deposit ratio (LDR) dari 87,83% turun menjadi 87,19%. Sementara itu rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) juga terpangkas dari 5,78% menjadi 4,83%. BRI juga mencatat NPL gross 3,21% serta NPL Net 0,86% dalam setengah tahun 2024.
Keseluruhan, BRI mencatatkan aset konsolidasi sebesar Rp1.977,37 triliun, tumbuh 0,62% dari sebelumnya Rp1.965 triliun. Sedangkan bank only mencapai Rp1.832,75 triliun. Dari jumlah ini sebesar Rp1.389,66 triliun merupakan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro (Rp356,85 triliun), tabungan (521,04 triliun), dan deposito (Rp511,766 triliun).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.