Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Aksi Ambil Untung, Harga Emas Anjlok Nyaris 1%

Harga emas melemah akibat investor melakukan aksi profit taking menjelang rilisnya data ekonomi AS.
Pekerja mengeluarkan emas batangan yang sudah didinginkan dari cetakan di pabrik pengecoran. Bloomberg/Andrey Rudakov
Pekerja mengeluarkan emas batangan yang sudah didinginkan dari cetakan di pabrik pengecoran. Bloomberg/Andrey Rudakov

Bisnis.comJAKARTA - Harga emas melemah hampir 1% karena investor melakukan aksi profit taking atau ambil untung menjelang rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dapat memberikan sinyal lebih banyak mengenai pemangkasan suku bunga The Fed.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (25/7/2024) harga emas di pasar spot melemah 0,94% ke level US$2.375,18 per troy ounce pada pukul 11.12 WIB. 

Kemudian, harga emas Comex kontrak Desember 2024 juga melemah 1,77% ke level US$2.420,30 per troy ounce pada pukul 11.02 WIB. 

"Jika dilihat dari perspektif fundamental, tidak ada faktor yang menekan emas. Jadi, tampaknya kita melihat aksi ambil untung dan dari perspektif teknis, harga bisa bergerak turun," pungkas analis pasar senior OANDA untuk Asia Pasifik, Kelvin Wong, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/7).

Para investor kini menanti rilisnya data Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada malam hari ini, Kamis (25/7) dan ukuran inflasi yang disukai Federal Reserve (The Fed), yakni pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat (26/7) waktu setempat. 

Para pedagang memperkirakan bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pada September 2024. Daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil cenderung meningkat kala suku bunga rendah.

Wong juga berpendapat bahwa jika data PCE menunjukan bahwa inflasi melambat dan The Fed dapat memangkas suku bunga pada September 2024, maka harga emas dapat bangkit kembali. 

Jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa harga emas siap untuk menyentuh rekor tertinggi dalam beberapa bulan mendatang. Platinum dan paladium pada tahun ini akan tetap berada di bawah US$1.000 per ons. 

World Gold Council menuturkan bahwa ketidakpastian pemilu dan meningkatnya ancaman geopolitik akan menambah lebih banyak volatilitas dan berdampak pada variabel makro yang lebih luas. 

"Hal ini, pada gilirannya, dapat mendorong investor untuk mengevaluasi bagaimana mereka dapat mengurangi risiko dalam portofolio mereka sendiri dan mengarahkan mereka ke aset safe haven seperti emas,” jelasnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper