Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan terkini soal progres penyelesaian smelter PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) hingga pembangunan bandara.
Amman mineral telah merealisasikan belanja modal hingga US$420 juta pada kuartal I/2024. Jumlah itu mencerminkan kenaikan 104% dari periode yang sama tahun lalu.
Adapun, kenaikan belanja modal tersebut salah satunya sejalan dengan proyek ekspansi smelter.
Manajemen Amman Mineral mengungkapkan smelter ini diperkirakan akan beroperasi di akhir Agustus atau di awal September tahun ini. Untuk fase awal hingga Desember, smelter ini masih belum akan mencapai kapasitas produksi penuhnya yang sebesar 900.000 tpa.
Presiden Direktur Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makkasau mengatakan smelter ini akan memiliki input produksi sebesar 900.000 tpa, dengan output berupa katoda sebesar 220.000 tpa dan 830.000 asam sulfat.
"Secepatnya akan mencapai produksi penuh," kata Rachmat dalam kunjungan ke Bisnis Indonesia, baru-baru ini.
Baca Juga
Dia menjelaskan bahwa jumlah 900.000 kemungkinan belum akan tercapai pada Desember 2024. Kapasitas penuh menurutnya akan terpasang pada Januari 2025.
Dia melanjutkan apabila AMMN tidak dapat memproduksi tembaga untuk mengoptimalkan kapasitas pabrik, maka AMMN akan melakukan impor tembaga dari luar negeri.
Rachmat menjelaskan pembangunan kompleks smelter ini menghabiskan investasi sebesar US$1,1 miliar.
Selain smelter, Amman melalui anak usaha PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) melakukan pembangunan bandara di Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat.
Rachmat menuturkan Grup Amman melalui PT Amman Aviasi Indonesia membangun bandara untuk memajukan ekonomi di sekitar tambang. Secara operasional, Rachmat menuturkan AMMN sebenarnya tidak memerlukan bandara.
"Hanya saja ini bagian dari rencana ekonomi berkelanjutan di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat," ujarnya dalam kunjungannya ke Tim Redaksi Bisnis Indonesia, Rabu (10/7/2024).
Dia menjelaskan, setelah melakukan berbagai macam studi seperti studi pertanian dan lain-lain, sektor industri yang paling berpotensi dikembangkan di KSB adalah pariwisata. Hanya saja, untuk mengembangkan pariwisata di KSB, belum terdapat bandara.
"Kalau bandaranya ada, mungkin pelaku pariwisata jadi bisa ngomong dengan bank. Sehingga diputuskanlah untuk membangun bandara," tuturnya.
Untuk fase pertama, lanjut Rachmat, bandara ini akan dapat menampung pesawat perintis seperti ATR-72. Nantinya, bandara tersebut akan disiapkan untuk menampung pesawat berbadan besar seperti Boeing 737.
Rachmat juga menyebut AMMN melakukan investasi hingga Rp400 miliar untuk pembangunan bandar udara ini.
Sementara itu, Vice President of Corporate Communication AMMN Kartika Octaviana menjelaskan apabila telah rampung, bandara ini nantinya akan dikelola oleh anak usaha AMMN, PT Amman Aviasi Indonesia.
"Ini bagian dari CSR kami untuk pariwisata berkelanjutan," tuturnya.
Sebagai informasi, luas bandar udara ini direncanakan mencapai 72,2 hektare (ha) dengan panjang lintasan mencapai 1.500 meter. Adapun, kapasitas bandara dapat menampung sekitar 209 penerbangan, 30.000 penumpang, dan 250 ton kargo setiap tahunnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.