Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN angkat bicara soal tudingan manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) yang menyebut proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung menjadi penyebab perusahaan merugi sepanjang 2023.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga membantah jika Whoosh menyumbang kerugian bagi WIKA. Menurutnya, investasi yang digelontorkan perseroan belum memperlihatkan hasil lantaran proyek tersebut baru berjalan.
“Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana orang ada investasi dulu. Misalnya bikin rumah, rugi atau tidak kalau tahun pertama, gimana? Untuk bisnis, kalau bikin rugi jika misalnya perusahan kereta cepatnya tidak jalan,” kata Arya, Senin (16/7/2024).
Dia menambahkan saat ini operasional Whoosh terus meningkat secara bertahap, khususnya dari rata-rata penumpang harian. Kementerian BUMN juga berencana menambah jadwal perjalanan Kereta Cepat Whoosh dari 40 menjadi 60 perjalanan per hari.
“Target kami kan 60-an trayek, sekarang masih sekitar 40. Bertahap dari target awal 30-an sekarang [penumpang] sudah 21.000-an. Ya tidak mungkin tiba-tiba orang jualan masa langsung tercapai, dia [Whoosh] bertahap tetapi sekarang sudah bagus,” kata Arya.
Merujuk data Kementerian BUMN, rata-rata penumpang harian Whoosh terus meningkat sejak diberlakukan harga tiket dynamic pricing pada Februari 2024.
Pada Februari 2024, rata-rata penumpang harian Whoosh mencapai 15.188 penumpang lalu turun ke 12.442 per Maret. Meski sempat turun rata rata-rata penumpang harian Whoosh mengalami tren kenaikan sejak April hingga Juli 2024.
Perinciannya, rerata penumpang harian per Maret mencapai 12.443 orang. Jumlah itu naik menjadi 13.664 penumpang per April, kemudian 16.760 penumpang pada Mei, lalu meningkat ke 17.882 penumpang per Juni dan mencapai 22.023 per Juli 2024.
Di sisi lain, saat awal masa operasi Kereta Cepat Whoosh pada 18 Oktober 2023, pemerintah menetapkan harga tiket promo Rp150.000 yang berlaku hingga November 2023. Harga ini kemudian berubah menjadi Rp200.000 dari Desember 2023 hingga Januari 2024.
Dengan penetapan harga tersebut, Kementerian BUMN mencatat rata-rata penumpang harian selama Oktober 2023 sampai dengan Januari 2024 mengalami fluktuasi. Namun, sejak diterapkannya dynamic pricing, rata-rata penumpang harian mulai membaik.
“Sejak Februari 2024 diberlakukan harga tiket dengan dynamic pricing. Meskipun sempat menurun pada Maret 2024, tetapi sejak April 2024 menunjukkan tren peningkatan sampai dengan Juli 2024,” tulis Kementerian BUMN.
Sementara itu, dalam perkembangan lain, proyek Kereta Cepat Whoosh dituding sebagai salah satu penyebab membengkaknya kerugian WIKA pada tahun lalu.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan ada dua komponen yang mempengaruhi keuangan perseroan, yakni tingginya beban bunga dan beban lain-lain yang bengkak karena kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI)
Sepanjang tahun lalu, WIKA membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp7,12 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari posisi 2022 yang mencapai Rp59,59 miliar. Sedangkan beban lain-lain, meningkat 310,16% menjadi Rp5,4 triliun.
“Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun sehingga hampir Rp12 triliun,” kata Agung.
________
Baca Juga
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.