Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BEI Waspadai Jebakan Influencer Saham, Ingat Kasus CEO Jouska?

BEI peringatkan investor ritel agar tidak terkena jebakan influencer saham yang berisiko menggiring ke saham atau instrumen tertentu seperti CEO Jouska dulu.
ilustrasi foto mengenai pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/7/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
ilustrasi foto mengenai pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/7/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan investor agar tidak terjebak oleh para influencer saham yang berisiko menimbulkan kerugian finansial di kemudian hari.

Pasalnya, belakangan ini tengah ramai di media sosial mengenai adanya seorang influencer berinisial ARR yang diduga gagal mengelola dana investasi publik sebesar Rp71 miliar. 

Diketahui, influencer tersebut kerap mengunggah seputar investasi dan telah memiliki puluhan ribu pengikut di media sosial.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan para investor harus bisa membedakan antara influencer dan pengelola atau penasihat investasi. Sebab, untuk menjadi manajer investasi yang mengelola dana investasi publik, perlu memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Untuk menjadi penasihat atau manajer investasi sudah ada POJK yang mengatur dan harus punya lisensi dari OJK," ujar Jeffrey kepada Bisnis, Rabu (3/7/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan sejauh ini BEI telah memfasilitasi para pegiat media sosial yang membuat konten seputar investasi saham melalui program Sekolah Pasar Modal.

"Beberapa tahun terakhir ini BEI sudah mengajak puluhan pegiat media sosial untuk mengikuti Sekolah Pasar Modal agar dalam kontennya mereka bisa menyampaikan secara baik kepada followersnya," kata Jeffrey.

Kendati demikian, terkait sosok influencer saham berinisial ARR yang diduga gagal mengelola dana titipan investasi saham Rp71 miliar tersebut, Jeffrey mengatakan nama ARR tidak pernah mengikuti pelatihan kompetensi resmi dari BEI.

CEO Jouska Aakar Abyasa
CEO Jouska Aakar Abyasa

Kasus CEO Jouska Aakar Abyasa

Sebagai pengingat, pada pertengahan 2022 lalu juga sempat ramai kasus penipuan investasi yang dilakukan oleh CEO Jouska Finansial Indonesia, Aakar Abyasa Fidzuno yang menyebabkan puluhan orang mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.

CEO Jouska Aakar Abyasa Fidzuno divonis hukuman 6 tahun 6 bulan penjara terkait kasus kegiatan pasar modal tanpa izin dan tindak pidana pencucian uang. Selain Aakar, Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat juga memvonis hukuman 6,5 tahun penjara terhadap Direktur PT Amarta Investama Tias Nugraha Putra. 

Hakim menyatakan keduanya terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, kegiatan pasar modal sebagai penasihat investasi tanpa izin usaha dari Bapepam dan tindak pidana pencucian uang. 

"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Aakar Abyasa Fidzuno dan terdakwa Tias Nugraha Putra dengan pidana penjara masing-masing selama 6 tahun dan 6 bulan dan denda masing-masing sejumlah Rp2 miliar dengan ketentuan jika denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan masing-masing selama 2 bulan," kata Hakim saat membacakan amar putusan, Selasa (23/8/2022).

Tanda-tanda yang perlu diwaspadai oleh investor saham pemula

1. Influencer berulang kali memamerkan keuntungan besar dalam bentuk rupiah yang berhasil mereka dapatkan dalam waktu singkat. Perlu diketahui bahwa saham merupakan instrumen beresiko tinggi dan cenderung jangka panjang yang pergerakan naik turun tergolong cepat

2. Para influencer tersebut tidak menjelaskan Margin Of Safety atau selisih antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga jual saat ini. Seringkali informasi hanya berupa potensi profit besar tetapi tidak masuk akal untuk dicapai dalam waktu singkat dan cepat oleh trader investor saham pemula karena pasti ada suspensi maupun UMA (Unusual Market Activity)

3. Menciptakan FOMO alias Fear of missing out, rasa takut dan cemas akan ketinggalan berita atau hal-hal terbaru yang terjadi. Informasi rekomendasi beli saham diumumkan pada media sosial dengan jumlah pengikut besar agar tercipta FOMO atau pemikiran bahwa bila saya tidak segera beli saham tersebut sekarang maka di luar sana banyak ratusan ribu follower akan lebih dulu membeli dan menikmati profit.

4. Menarik jumlah anggota trader investor saham pemula melalui endorse di media sosial. Tak jarang, kolaborasi dibutuhkan agar paparan informasi lebih mudah tersampaikan karena sekecil apapun volume akan bermanfaat bagi mereka untuk Dump saham tersebut.

5. Memiliki wadah grup khusus komunikasi dua arah yang digunakan mengkoordinasikan anggota untuk membeli (Perhatikan komposisi pembelajaran dan percakapan wadah grup tersebut). Ada grup berbayar dan Grup Gratis, sudah dapat dipastikan bahwa grup gratis tidak mendapat informasi secepat dan seakurat dari grup berbayar tersebut.

---------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper