Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Melemah terhadap Dolar AS

Rupiah dan seluruh mata uang Asia kompak melemah di hadapan dolar AS, pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa  (2/7/2024).
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia. Rupiah dan seluruh mata uang Asia kompak melemah di hadapan dolar AS, pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa  (2/7/2024).. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia. Rupiah dan seluruh mata uang Asia kompak melemah di hadapan dolar AS, pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa  (2/7/2024).. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (2/7/2024). Seluruh mata uang Asia juga kompak bertekuk lutut di hadapan dolar AS pagi ini.

Mengacu data Bloomberg pukul 09.05 WIB, mata uang rupiah dibuka melemah 0,33% atau 53,5 poin ke level Rp16.374 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah tipis 0,03% di posisi 105,87.

Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah di hadapan dolar AS. Misalnya, yen Jepang turun 0,09%, dolar Singapura turun 0,01%, dolar Taiwan melemah 0,11%, won Korea ambles 0,35%, peso Filipina melemah 0,27%.

Berikutnya, yuan China terkoreksi 0,03%, rupee India melemah 0,07%, dolar Hongkong stagnan, ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing turun 0,11%. Pada pagi ini, terpantau tidak ada mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan hari ini, Selasa (2/7/2024) mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.270 hingga Rp16.350.

Dari sentimen global, data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi pilihan The Fed tidak berubah pada bulan lalu, dan mengikuti kenaikan 0,3% yang tidak direvisi pada April.

"Dalam 12 bulan hingga Mei 2024, indeks harga PCE meningkat 2,6% setelah naik 2,7% pada April," ujar Ibrahim dalam riset harian.

Menyusul data inflasi, dana berjangka Fed sedikit meningkatkan kemungkinan pelonggaran pada September menjadi sekitar 67%, dari sekitar 65% pada akhir Kamis (27/6), menurut perhitungan LSEG. Pasar juga memperkirakan antara satu atau dua kali penurunan suku bunga sebesar 25 bps setiap tahunnya pada tahun ini.

Adapun, Ketua Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidatonya pada Selasa (2/7), sedangkan risalah pertemuan The Fed Juni akan dirilis pada Rabu (3/7). Selain itu, data nonfarm payrolls untuk bulan Juni akan dirilis pada Jumat (5/7).

Selain data ekonomi, pelaku pasar juga fokus pada politik AS seiring dengan adanya saling serang antara kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump dan Presiden AS Joe Biden.

Sementara itu, dari sentimen domestik, Ibrahim mengatakan tingkat inflasi Indonesia pada Juni 2024 mencapai 2,51% secara year-on-year (YoY). Pada Juni 2024 terjadi deflasi 0,08% atau terjadi penurunan IHK jadi 106,28 pada Juni 2024. Deflasi ini terjadi dua bulan secara berurutan.

Sebagai pengingat, tingkat inflasi Indonesia pada Mei 2024 mencapai 2,84% YoY. Nilai ini lebih rendah dibandingkan posisi April sebesar 3%. Saat itu terjadi deflasi 0,03% pada Mei 2024 secara bulanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper