Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup menguat di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (1/7/2024) atau pada awal semester II/2024. Sederet mata uang Asia terpantau bervariasi, sedangkan dolar AS lesu.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup menguat 0,33% atau 54 poin ke level Rp16.321 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah 0,29% di posisi 105,56.
Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah di hadapan dolar AS. Misalnya, yen Jepang turun 0,08%, dolar Hongkong turun 0,05%, dolar Taiwan ambles 0,31%, won Korea melemah 0,40%, yuan China turun 0,02%, dan peso Filipina turun 0,08%.
Sementara itu, mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS yakni dolar Singapura yang naik 0,10%, ringgit Malaysia naik 0,06%, dan baht Thailand naik 0,12%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sentimen global data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi pilihan The Fed tidak berubah pada bulan lalu, dan mengikuti kenaikan 0,3% yang tidak direvisi pada April.
"Dalam 12 bulan hingga Mei 2024, indeks harga PCE meningkat 2,6% setelah naik 2,7% pada April," ujar Ibrahim dalam riset, Senin (1/7/2024).
Baca Juga
Menyusul data inflasi, dana berjangka Fed sedikit meningkatkan kemungkinan pelonggaran pada September menjadi sekitar 67%, dari sekitar 65% pada akhir Kamis (27/6), menurut perhitungan LSEG. Pasar juga memperkirakan antara satu atau dua kali penurunan suku bunga sebesar 25 bps setiap tahunnya pada tahun ini.
Adapun, Ketua Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidatonya pada Selasa (2/7), sedangkan risalah pertemuan The Fed Juni akan dirilis pada Rabu (3/7). Selain itu, data nonfarm payrolls untuk bulan Juni akan dirilis pada Jumat (5/7).
Selain data ekonomi, pelaku pasar juga fokus pada politik AS seiring dengan adanya saling serang antara kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump dan Presiden AS Joe Biden.
Sementara itu, dari sentimen domestik, Ibrahim mengatakan tingkat inflasi Indonesia pada Juni 2024 mencapai 2,51% secara year-on-year (YoY). Pada Juni 2024 terjadi deflasi 0,08% atau terjadi penurunan IHK jadi 106,28 pada Juni 2024. Deflasi ini terjadi dua bulan secara berurutan.
Sebagai pengingat, tingkat inflasi Indonesia pada Mei 2024 mencapai 2,84% YoY. Nilai ini lebih rendah dibandingkan posisi April sebesar 3%. Saat itu terjadi deflasi 0,03% pada Mei 2024 secara bulanan.
"Untuk perdagangan besok, Selasa [2/7/2024] mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.270 hingga Rp16.350," pungkas Ibrahim.