Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan libur selama 2 hari perdagangan pekan depan, pada 17 dan 18 Juni 2024 terkait Hari Raya Iduladha 1445 H dan cuti bersama. Setelahnya, investor perlu mencermati hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) BI pada Kamis (20/6/2024).
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan, seiring dengan liburnya BEI pada Senin dan Selasa pekan depan, dia berharap pergerakan bursa global tidak bergerak fluktuatif yang berisiko berdampak ke indeks harga saham gabungan (IHSG).
"Bursa Indonesia akan libur pada Senin dan Selasa, mudah-mudahan bursa global tidak bergerak fluktuatif pada dua hari itu, mengingat bursa Eropa pada beberapa hari ke belakang cukup volatil terdampak hasil pemilu parlemen Uni Eropa," ujar Adityo kepada Bisnis, Minggu (16/6/2024).
Dia mengatakan, data ekonomi yang akan dinantikan pada pekan depan antara lain keputusan RDG Bank Indonesia terkait BI Rate, yang diperkirakan masih akan dipertahankan di level 6,25%. Selain itu juga akan dinantikan keputusan suku bunga Bank of England dan tingkat inflasi Inggris yang berpotensi menjadi penggerak pasar pada pekan depan.
"Untuk saham sendiri tampaknya bilamana BI Rate tetap dipertahankan di level 6,25% efeknya paling tidak cukup netral bagi saham-saham perbankan yang saat ini masih diterpa tekanan jual," katanya.
Mirae Asset Sekuritas memprediksi pada pekan depan level support IHSG di 6.713 dan 6.663, sementara untuk resistance di level 6.783 dan 6.827. Alhasil, Adityo menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu sembari menunggu tekanan jual di pasar mulai mereda.
Baca Juga
Pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (14/6/2024), IHSG parkir melemah 1,42% atau 96,73 poin ke level 6.734,83. Angka tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan, karena IHSG anjlok 7,40% secara year-to-date (YtD).
Saham perbankan jumbo pun kompak melemah pada akhir pekan, yakni BBNI terkoreksi 3,79% ke Rp4.310, disusul BBRI turun 3,02% ke Rp4.180 per saham. Berikutnya, BMRI melemah 2,13% ke Rp5.750, sedangkan BBCA stagnan di level Rp9.200 per saham.
Sentimen Global terhadap IHSG
Dari sentimen global, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, apa yang terjadi dengan IHSG saat ini berkiblat kepada AS, terutama kebijakan moneter The Fed yang masih bernada hawkish.
Tak hanya itu, menurutnya pasar saham Indonesia kehilangan daya tariknya di mata investor asing, tecermin dari aksi jual neto (net sell) sebesar Rp8,56 triliun di pasar saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (14/6).
"Apa yang terjadi di dunia keuangan saat ini, termasuk juga IHSG di Indonesia, semuanya itu berkiblat kepada AS. Investor asing sekarang enggan untuk investasi di emerging market, termasuk juga Indonesia," jelas Liza dalam diskusi virtual yang digelar oleh Indonesia Investment Education pada Sabtu (15/6/2024).
Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%—5,5% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu (12/6/2024) waktu AS. Pejabat Fed pun mengisyaratkan pemangkasan hanya terjadi satu kali tahun ini.
Liza mengatakan, jika The Fed tidak memangkas suku bunga pada September 2024, kemungkinan pemangkasan suku bunga akan sulit terjadi pada kuartal IV/2024, mengingat belanja masyarakat AS akan meningkat dengan adanya momentum Natal dan Pemilu AS.
***
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.