Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Nasib IHSG, Usai The Fed Tahan Suku Bunga Acuan

Apa yang terjadi dengan IHSG saat ini berkiblat kepada AS, terutama kebijakan moneter The Fed yang masih bernada hawkish.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan dipengaruhi keputusan hawkish Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu (12/6/2024) waktu AS.

Adapun, pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/6), IHSG parkir melemah 1,42% atau 96,73 poin ke level 6.734,83. Level IHSG tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan, dan secara year-to-date (ytd) IHSG anjlok 7,40%.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, apa yang terjadi dengan IHSG saat ini berkiblat kepada AS, terutama kebijakan moneter The Fed yang masih bernada hawkish. 

Tak hanya itu, menurutnya pasar saham Indonesia kehilangan daya tariknya di mata investor asing, tecermin dari aksi jual neto (net sell) sebesar Rp8,56 triliun di pasar saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (14/6).

“Apa yang terjadi di dunia keuangan saat ini, termasuk juga IHSG di Indonesia, semuanya itu berkiblat kepada AS. Investor asing sekarang enggan untuk investasi di emerging market, termasuk juga Indonesia,” jelas Liza dalam diskusi virtual yang digelar oleh Indonesia Investment Education pada Sabtu (15/6/2024).

Adapun, data inflasi AS yang dirilis pada Rabu sebelumnya memberikan kepastian bahwa kemajuan menuju target inflasi 2% telah berlanjut. Indeks harga konsumen inti yang tidak termasuk makanan dan energi naik 0,2% pada Mei dan 3,4% dari tahun sebelumnya. Namun, The Fed masih perlu lebih banyak bukti lebih lanjut sebelum pangkas suku bunga.

Pejabat The Fed kini mengisyaratkan akan memangkas suku bunga hanya sekali tahun ini, lebih rendah dari perkiraan pada bulan Maret yang mencapai tiga kali pemangkasan. Di sisi lain, The Fed memperkirakan akan menurunkan suku bunga hingga empat kali pada 2025.

Dot plot The Fed menunjukkan proyeksi median suku bunga pada akhir 2024 naik menjadi 5,13%, sedangkan proyeksi median untuk akhir 2025 juga naik menjadi 4,13%. 

Liza mengatakan, jika The Fed tidak memangkas suku bunga pada September 2024, kemungkinan pemangkasan suku bunga akan sulit terjadi pada kuartal IV/2024, mengingat belanja masyarakat AS akan meningkat dengan adanya momentum Natal dan Pemilu AS.

Di lain sisi, Community & Retail Equity Analyst Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengatakan, dari dalam negeri, IHSG akan dipengaruhi sentimen terkait suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate yang akan diumumkan pada pekan depan, Kamis (20/6/2024). 

BI rate menjadi pantauan pelaku pasar karena ada kemungkinan dinaikkan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang melemah ke posisi Rp16.412 pada Jumat (14/6). Namun, Angga memprediksi suku bunga BI akan tetap ditahan untuk saat ini di level 6,25%. Dia juga menyarankan investor untuk mencermati perkembangan geopolitik global yang mempengaruhi IHSG.

"IHSG bergerak menuju support 6.640 hingga 6.700 kemungkinan akan menyentuh level tersebut dengan aksi jual yang terjadi pada Jumat [14/6], kenaikan terdekat menuju range 6.800 hingga 6.900," kata Angga kepada Bisnis.

Kendati demikian, menurut Angga pada pekan depan belum ada saham yang menarik direkomendasikan untuk trading, berkaca pada kondisi pasar yang belum stabil saat ini. Kecuali untuk investasi, investor disarankan mencicil masuk ke saham-saham perbankan yang secara valuasi dan kinerja bisa dipertimbangkan untuk jangka panjang.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper