Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas tergelincir pada penutupan perdagangan Kamis (13/6/2024), usai Federal Reserve (The Fed) memproyeksikan hanya satu penurunan suku bunga pada tahun ini. Sementara itu, data ekonomi AS yang beragam mendorong penguatan greenback sehingga merugikan logam emas.
Harga emas Spot XAU/USD ditutup turun hampir 1% ke level US$2.303, setelah data Amerika dari Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) menunjukkan harga yang dibayarkan oleh produsen lebih rendah, sementara jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran melebihi perkiraan dan data sebelumnya.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa The Fed mungkin akan menurunkan suku bunganya, para pejabat The Fed memperkirakan pelonggaran hanya sebesar 25 basis poin (bps) menjelang akhir tahun 2024, menurut dot plot.
Meskipun demikian, menurut data dari Chicago Board of Trade, pelaku pasar mengincar pelonggaran sebesar 39 basis poin melalui kontrak suku bunga dana fed fund pada bulan Desember 2024.
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10-tahun turun tujuh bps dari 4,310% menjadi 4,242%, biasanya merupakan dorongan bagi logam non-yielding yang merasakan jeda pembelian Emas di China.
Berita bahwa Bank China (PBOC) menghentikan pembelian emas batangan selama 18 bulan membebani logam mulia. Kepemilikan PBOC tetap stabil di 72,80 juta troy ons Emas di bulan Mei.
Baca Juga
Pada hari Rabu, Ketua Fed Jerome Powell menyatakan bahwa mereka kurang percaya diri terhadap inflasi dibandingkan sebelumnya untuk melakukan pemotongan.
Dia menambahkan, "Jika lapangan kerja melemah secara tak terduga, The Fed siap meresponsnya."
Ketika ditanya tentang laporan CPI AS, Powell menyebutkan bahwa laporan tersebut hanyalah satu laporan dan menekankan perlunya melihat proses deflasi berkembang menuju tujuan The Fed.
Sementara itu, Direktur Lab Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan saat ini fokus pasar condong pada fundamental atau keputusan The Fed serta pernyataan kemungkinan pemangkasan suku bunga.
“Sudah diproyeksikan The Fed akan tahan suku bunga, tetapi pasar fokus pada pernyataan The Fed mengenai seberapa jauh The Fed akan menurunkan suku bunga tahun ini,” kata Ibrahim kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).
Dengan potensi penurunan hanya satu kali sepanjang 2024, Ibrahim merevisi target harga emas sampai akhir tahun. Ibrahim menyebutkan bahwa sebelumnya dia memprediksi emas akan berada di level US$2.500 per troy ounce, namun dengan kondisi tersebut maka emas akan berada di posisi US$2.400 per troy ounce.
Namun, jika emas mengalami koreksi maka bisa jatuh hingga ke level US$2.100 per troy ounce.
Sentimen yang dapat menekan harga emas selain pelaku pasar yang mulai melakukan taking profit adalah kondisi geopolitik yang mulai mereda. Ibrahim menjelaskan tensi geopolitik Timur Tengah saat ini lebih kondusif dibandingkan dengan beberapa waktu lalu.
“Sebelumnya naiknya harga emas disebabkan tensi geopolitik. Bulan-bulan ini sedang lebih kondusif karena Iran sedang mempersiapkan pemilihan presiden serta akan ada gencatan senjata yang diprakarsai oleh PBB dan Amerika antara Hamas dan Israel,” kata dia.