Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN PT krakatau steel (Persero) Tbk. (KRAS) mengungkapkan kerugian sepanjang 2023 merupakan dampak tidak beroperasinya pabrik hot strip mill 1 yang diakibatkan kerusakan pada switch house finishing mill.
Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan kerugian yang dialami Krakatau Steel merupakan salah satu dampak tidak beroperasinya fasilitas Hot Strip Mill 1 (HSM#1), penghasil produk utama Hot Rolled Coil (HRC) akibat kerusakan pada switch house Finishing Mill.
“Perseroan saat ini terus berupaya semaksimal mungkin menjaga performa kinerja selama recovery pabrik HSM#1,” kata Purwono dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (6/6/2024).
Lebih lanjut, Purwono menjelaskan perbaikan fasilitas HSM#1 akan selesai tahun ini dan diharapkan produksi pertama produk HRC pasca perbaikan akan dilakukan pada kuartal IV/2024.
Selain terkait dengan pabrik, laporan keuangan 2023 juga dipengaruhi oleh aksi korporasi divestasi saham beberapa anak usaha di Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur untuk pembayaran utang Tranche B. Hal tersebut berkaitan dengan laporan keuangan yang sudah tidak lagi dikonsolidasikan ke Krakatau Steel Grup.
Kemudian KRAS juga mengklaim sedang menyelesaikan restrukturisasi lanjutan atas sisa utang dengan para kreditur dan pemegang saham.
Baca Juga
Seperti yang diketahui, KRAS tercatat membukukan pendapatan US$1,45 miliar atau setara Rp22,44 triliun (kurs Jisdor Rp15.439 per dolar AS). Pendapatan ini turun 35,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$2,23 miliar.
Pendapatan Krakatau Steel ditopang oleh penjualan lokal yang sebesar US$1,19 miliar, turun 30,57% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar US$1,72 miliar.
Sementara itu, penjualan luar negeri emiten berkode saham KRAS ini mencapai US$54,38 juta, terkoreksi 82,32% dari US$307,54 juta secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Seiring dengan pendapatan dan laba operasi yang menurun, KRAS pun tercatat berbalik rugi US$130,21 juta atau setara Rp2,01 triliun dibandingkan tahun 2022 yang laba US$19,47 juta atau setara Rp300,65 miliar.